☆Happy Reading!☆
Meninggalkan sisa-sisa kemenangan yang gemilang, Binar harus kembali berjuang bersama perserta didik lainnya untuk mencapai kenaikan. Kembali di hari Senin yang beberapa kali lipat bertambah menyebalkan sebagai hari pertama dimulainya pertempuran.
Di awal pembukaan ujian kenaikan mereka sudah dipertemukan dengan mata pelajaran akuntansi juga seorang guru penjaga yang dikenali akan ketegasannya. Akan susah melakukan pencontekan. Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya sangsi jika ketahuan.
Hal demikian menjadi alasan mengapa beberapa murid sudah terlihat sibuk dengan buku-buku tebal catatan demi mempelajari materi selama semester ini agar bisa menjawab dengan lancar dan terhindar dari tindakan mencontek yang bisa memicu marabahaya. Cari aman saja. Meskipun, tidak yakin juga belajar pada detik-detik menegangkan begini akan bisa dipahami dengan mudah.
Tak terkecuali dengan Binar yang tengah berkerumun dengan teman-teman gadisnya terlihat begitu serius membaca ulang catatannya. Atau, Binar dan Inggita saja yang serius belajar, yang lainnya ya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing juga gosip terbaru.
Semalam Binar sudah mempelajari semua materi dalam waktu lama, bahkan jauh-jauh hari sudah mempersiapkan. Akan tetapi, tetap saja dia takut ada kesalahan. Beberapa waktu kemarin dia sibuk dengan olimpiade sehingga dia ketinggalan banyak pelajaran juga tugasnya menumpuk, alhasil dia harus secara mandiri belajar demi meninggal ketertinggalannya dan dengan sistem kebut menyelesaikan segala tugasnya agar nanti nilai rapornya aman. Tidak mau nanti saat pembagian rapor dia dipersulit.
"Dia ngapain sih ke sini?" celetuk Kayla yang menarik atensi empat gadis lainnya termasuk Binar untuk melihat ke arah pintu ruangan. Dia mendapati Chiara bersama dua teman orang cewek lainnya berjalan memasuki kelas.
"Dia satu ruangan sama kita," jawab Inggita.
"Emang iya? Bukannya kita cuman sama kelas X IPS 1?" tanya Sabrina. Mereka mulai memasuki pembicaraan baru untuk membicarakan gadis kelas sebelah itu. Tatapan mata mereka memang sudah berhenti menatap Chiara secara terang-terangan, akan tetapi pembicaraannya baru saja dimulai.
"Iya, kita seruangan sama anak kelas XI IPS 2 juga. Cuma sedikit, sih," jawab Inggita.
Memang sudah aturannya, setiap ujian akan ada pembagian ruang yang mana setiap kelas akan dibagi dan digabungkan dengan kelas lainnya. Kali ini, kelas XI IPS 3 satu ruang dengan kelas X IPS 4 dan XI IPS 3 menempati ruang 4. Tanpa adanya kakak kelas yang sudah melaksanakan kelulusan mereka terlebih dahulu.
"Emangnya kenapa, sih? Dulu juga pernah, 'kan." Binar yang tadinya diam saja akhirnya ikut membalas mengingatkan pada kelas satu semester pertama. Ia mengingatnya sebagai saat dimana pertama kali Mahen mulai mengenal gadis itu dan mereka mulai dekat.
"Idih, males aja gue sama Chiara. Caper banget dia jadi cewek," cemooh Kayla yang segera dihadiahi pukulan kecil oleh Tania. Takut saja menjadikan masalah jika sampai Chiara yang duduk di bangku belakang itu mendengarnya. Gadis itu kalau bicara susah sekali disaring.
"Jangan keras-keras, bodoh!" tegur Zeva.
"Biarin, gue gak takut. Emang bener kok kalau dia tukang caper. Apalagi ke anak-anak cowok. Mana sok akrab banget dulu sama kakak kelas." Kayla semakin menggebu mencari kesalahan Chiara. Sepertinya gadis itu memiliki dendam pribadi.
"Ya udah, sih. Gak ngerugiin kita juga, 'kan?" tandas Tania ingin menyudahi pembicaraan berbahaya ini. Binar setuju, dia tidak mau ikut ambil pusing soal ini. Tidak mau ikut terpancing emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epoch
Fiksi RemajaShe fell first but he fell too late * * * Kisah yang berputar berporoskan waktu. Tidak pernah lepas dari masa lalu dan selalu mengukir cerita baru. Antara terbelenggu oleh orang lama di masa lalu ataukah harus menyambut orang baru untuk sembuh, Bina...