08.the casualities

32 3 0
                                    

"See... Dia bukan ancaman kan? " Ujar Ditto sementara dirinya memeluk erat pinggang telanjang Mauliate di depan cermin besar di kamar mereka di Sentul...

"He's hot... Kalian sempat bersama di London.... Keluarganya lebih masuk akal untuk bersamamu dibanding aku si yatim piatu... Gimana aku gak Insecure sayang" Lirih Ate memandangi refleksi mereka sementara Ditto mengecup pundaknya manis

"Bersama sama..... Itu hal yang sangat berbeda dengan bersama.... Aku anak teman ayahnya... Aku guru pianonya dan Kara... Itu hal yang amat berbeda.... " Timpal Ditto kemudian....

"Apa kamu yakin? " Resah Ate lagi.... Ditto mengejar seketika bibir Pria di hadapannya

"Aku aja yakin.... Masak kamu nggak... " Ujar si tampan di depan Ate ketika kecupan dalam itu selesai...

Ate sejenak terdiam lalu memeluk tubuh tegap dihadapannya erat erat... Ditto sejenak meraih handphone di wastafel yang berkedip kedip

.... Hiro Calling.....

Si tampan menarik napas panjang dan seketika memutuskan hubungan telepon

***********
"Biar mama yang mencuci.... " Ujar sebuah suara menghentikan tangan gadis tanggung itu di depan wastafel

"Hanya beberapa piring... Bukan masalah besar" Ujar si gadis sambil tersenyum melihat wajah lelah perempuan yang lebih tua...

"Ada apa? " Lanjut perempuan yang lebih muda... Wanita yang diajak bicara hanya terdiam lelah terduduk di kursi pantry

"Abangmu... Matahari.... " Lirih sang bunda

"He's Alright.... Kalian aja yang terlalu mengontrol... " Timpal si gadis muda seraya mulai mencuci piring....

"Kalian? .... " Bingung perempuan yang lebih  tua.... Gadis di depan bak cuci piring sejenak menengok kemudian mengangguk

"Yeah... Papa... Mama.... Kakek neneknya di Bintaro... " Jawab si gadis masam....

"Nak ayolah.... Abangmu sudah menghakimi kami... Masak kau juga... " Kesal Nadia memandangi sang Putri... Angel... Anak tirinya... Anak mendiang sejuk... Istri pertama Satrio....

Gadis berparas oriental itu tertawa mendengar pernyataan sang bunda... "Kalian buat kesalahan... Sejak kami kecil kami belajar... Kalian paranoid.... Kami terlatih... Itu bedanya... " Jelas si gadis yang ada di tahun terakhir sekolah Dasar itu....

"Angel... Sok tua ah.... " Cebik Nadia manyun... Si gadis muda kembali tertawa dan membilas piring piring di hadapannya dari busa sabun...

"Bukan sok tua.... Preventif.... Lagi pula kalo mama gak enak hati... Ajak saja bang Matahari pindah ke sini.... Kita selesaikan semua masalah sebagai satu keluarga... Hidup sama kakek dan nenek itu disfungsional... Bang Matahari butuh Papa dan Mamanya... " Lanjut si muda panjang lebar....

"He used to have Papa Jati dan Papa Le di jogja... " Timpal Nadia lagi...

Angel memutar matanya "yeah kayak itu lebih tidak disfungsional daripada Kakek dan nenek" Ujarnya kesal

"Nak.... " Lirih Nadia lagi

"Ayolah Ma... Dunia ini udah terlalu membuat kalian letih sebelum waktunya.... Simplify.... Simplify.... Simplify.... Banyak cara yang lebih mudah dibanding segala kekompleksan ini kok... " Lanjut Angel bersemangat....

Nadia terdiam.... Perlahan diusapnya rambut lembut si gadis.... Yeah... Matahari butuh kami pikirnya dalam hati

*********
Ale terdiam memandangi layar laptopnya... Sejenak tenggelam dengan angka dan grafik grafik kinerja sang wakil rakyat  Suci Estrella.... Dahinya tak sadar mengerenyit kemudian perlahan diciumnya cincin bermata zircon pink di jari manisnya.... Hal yang dilakukannya ketika bingung

Pria Pohon dan Matahari Yang Terburu Buru : Ayat 4Where stories live. Discover now