8. Indonesia

31 4 1
                                    

  Kami semua telah menyelesaikan makan malam. Paman Shi-yuk bertanya satu dua hal terkait dengan informasi yang di berikan oleh Ayah dan Bunda, yang terkadang aku juga ikut menjawabnya.

  Kami semua sepakat untuk merahasiakan hal ini dari media. Untuk orang tua kakak ku di Korea, mereka akan membicarakan hal ini sebelum tour di mulai. Tentunya di bantu oleh paman Shi-yuk. Katanya sih mereka akan melakukan pertemuan di kantor dan akan turut mengundang orang tuaku melalui zoom.

  Mereka tentu tidak mungkin bisa datang secara langsung ke Korea, bahkan untuk ini saja mereka membuat cuti mendadak yang sangat ku syukuri karena segera di acc oleh bos orang tuaku. Jika tidak, aku tidak tau akan jadi seperti apa hari ini jika orang tuaku tidak bisa cuti.

  Setelahnya, aku, Ayah dan Ummi meminta izin untuk kembali ke hotel karena langit sudah terlihat sangat gelap. Waktu juga sudah menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menit, waktunya kami pulang dan berkemas untuk kembali ke Indonesia besok.

  Paman Shi-yuk menahan kami sebentar karena paman telah memanggil seorang staff yang akan mengantar kami sampai ke hotel, bahkan kata paman besok akan ada beberapa mobil yang akan menjemput kami dari hotel menuju bandara.

  Tidak lama datang seorang pria–yang sepertinya adalah staff, memberitahu bahwa mobil sudah siap di depan lobby. Kami diminta untuk bergegas atau jalanan akan macet karena waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja.

  Aku, Ayah dan Ummi memberikan pelukan terakhir pada kakak ku karena tidak akan bisa bertemu mereka hingga konser di Korea selesai. Aku bahkan sudah menangis karena kedepannya akan rindu dengan mereka, padahal sejak dulu mereka selalu menemaniku.
Setelahnya kami pergi menuju mobil yang di ikuti oleh kakakku, sepertinya mereka sangat berat untuk berpisah dari kami.

  Ayah sudah duduk di samping sopir dan setelahnya Ummi naik lebih dulu di kursi tengah lalu aku yang terakhir. Aku segera menurunkan kaca hingga batasnya lalu melambaikan tangan pada kakakku, bahkan Ummi sudah menangis lagi.

  Tidak lama mobil telah melaju meninggalkan Hybe dan aku segera menaikkan kaca yang tadi ku turunkan. Dalam perjalanan hanya ada hening karena Ummi sepertinya masih sedih berpisah dengan anaknya lagi.

  Aku bahkan tidak sadar bahwa kami telah sampai di depan lobby hotel yang kami tempati karena sedari tadi aku sepertinya melamun. Setelah kami turun dan tersenyum tanda terima kasih pada sopir itu, aku segera masuk dan langsung naik ke lift menuju kamar. Aku sudah benar-benar mengantuk.

***


Keesokan harinya kami telah bersiap untuk berangkat menuju bandara. Pagi-pagi sekali aku ditelepon oleh Ummi untuk bangun dan bersiap, sekitar jam tujuh mobil jemputan dari paman Shi-yuk akan datang.

  Setelah menutup telepon, aku segera membangunkan sahabat ku yang lain. Walaupun ada sedikit drama, tapi akhirnya kami semua siap.

  Selama perjalanan, kami semua saling bercanda gurau. Bahkan Gadys masih histeris karena kaget BTS adalah kakakku. Tentu tidak lupa bersikap baik padaku dan berujung pada meminta nomor mereka untuk dia pamerkan, tentu saja ku tolak. Aku sudah bisa menebak isi pikirannya, tipikal Gadys sekali.

  Tiga puluh menit kemudian kami tiba di bandara. Kami semua berjalan menuju ruang tunggu dan aku kaget karena kakakku ternyata datang untuk mengucapkan selamat tinggal. Pantas saat kami masuk, kenapa ruang tunggu sangat sepi. Ternyata di sewa sebentar sama mereka untuk ini.

The Lost BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang