2. Club Buku

207 15 5
                                    

  Matahari beranjak naik, kampus mulai ramai. Teman-teman sekelas satu persatu mulai masuk, saling sapa satu sama lain. Dan tentu saja di pagi hari tidak lengkap jika tidak bergosip, ada yang membahas soal ulangan kemarin, membahas soal artis Korea, bahkan ada yang sudah membahas tentang skandal artis Indonesia.

  Setengah jam kemudian, para sahabatku sudah muncul dengan teriakan Gadys yang cetar membahana “SELAMAT PAGI PARA RAKYATKU SEKALIAN, GADYS YANG CANS INI SUDAH DATANG. MANA KARPET MERAHNYA.”

  Itu Gadys, salah satu sahabatku yang memang dari lahir suaranya sudah besar. Kalau kata Reva, suaranya tuh cempreng.

  “Gadys, bisa gak sih nggak usah teriak? Mengganggu pagi hariku yang indah saja.” Nah kalau ini Reva, salah satu sahabatku yang sifatnya dewasa banget. Kalau kita semua punya masalah, pasti ceritanya ke Reva. Soalnya dia tuh bisa jadi pendengar sekaligus penasihat yang baik.

  “Pagi Lia, tumben udah datang. Biasanya paling akhir tuh datangnya” Yang menyapaku sekaligus mengejek ini namanya Fia, salah satu sahabatku yang suka banget mengejek kita. Dia kalau di gabung dengan Gadys, klop banget. Apalagi kalau yang di bahas adalah gosip terhangat di kampus, suara mereka bahkan bisa mengalahkan suara suporter bola.

  “Biasalah Fi, anak rajin kan gitu” Yang ini namanya Rahmalia, sebenarnya nama panggilannya sama seperti aku tapi kita sepakat panggil dia Li saja. Si Li ini aslinya anak baik-baik, tapi entah karena sudah terlalu lama berteman dengan Fia atau bagaimana. Dia jadi suka banget ngejulid, biasanya sasaran dia adalah anak cowok di kelas.

  “Eh siapa bilang aku rajin? Tadi karena ayah dikirimkan pesan oleh pak direktur untuk sesegera mungkin datang ke kantor, makanya aku datang paling pagi. Kalau bukan karena itu juga aku malas datang pagi, kalian tidak tau sih betapa sepinya kampus kalau pagi,” aku mengelak dari tuduhan Li karena memang bukan itu yang sebenarnya.

  Berjalan menuju bangkunya, Fia menimpali “Ah yang benar? Jangan bohong loh, ingat dosa udah banyak. Jangan ditambah lagi.”

  “Siapa juga yang bohong, tanya saja pada ayah kalau tidak percaya. Oh iya, habis kuliah kita ke basecamp, kan? Kalau iya, aku menyusul ya. Hari ini kalian tidak lupa kan ada pertemuan club buku?”

  “Serius? Aku lupa membawa buku yang disuruh kemarin. Bagaimana ini Lia.” Gadys berseru panik dan aku berusaha menenangkannya.

  “Sudah tak usah panik, nanti kamu ikut mereka saja. Aku akan bilang pada Prof kalau kamu izin”

  “Ta—“ ucapan Gadys terhenti karena teman-teman yang lain berseru bahwa dosen sudah menuju ke ruangan.

  Kami semua berlarian panik kembali pada tempat duduk kami. Menunggu dengan rapi dosen yang akan masuk.

  “Selamat pagi semua, keluarkan buku kalian dan kita akan melanjutkan pembahasan kita pada bab yang kemarin”

  Suara yang selalu mengiringi hari-hari kami setiap paginya.

***

  “Kita berpisah di sini ya, sampai bertemu di basecamp”

  Tidak terasa mata kuliah sudah selesai dengan cepat, tiba waktunya untuk mengikuti pertemuan di club buku. Pertemuan ini tidak setiap hari di adakan, hanya dua hari seminggu. Pada hari Rabu dan Jum’at, itu pun jika mereka tidak mempunyai kelas siang atau jam tambahan. Jika punya, maka mereka bisa mengganti di hari lain.

The Lost BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang