4.

438 43 15
                                    


Di kantin yang memang sedang ramai-ramainnya sedang sibuk dgn dunianya masing-masing .

Begitupun Ino dan kekasihnya yang sedang makan bersama. Terlihat Ino bercoleteh seperti burung. Namun obsidanya Sai melihat si gadis mungil yang berjalan menuju meja dengan teman cepolnya Tenten.

"Ino, itu temanmu kan? "

"Eh, mana! "Toleh Ino kebelakang.

"Hinataa! Tenten! disini?"

Tenten dan Hinata berjalan menuju tempat duduk Ino.

Hinata terlihat menghindari tatapan netra obsidan Sai. Karena jengah Hinata menatap tajam, justru hal itu membuat si pria terlihat tersenyum dan sedikit terkekeh.

"Ino,makan yang benar sayang ~"

dengan mengusap sudut bibir Ino. Tak lupa mengusap lembut rambutnya. Matanya melirik Hinata lalu mencium bibir Ino.

"Waah romantis sekali ciee~"

Hinata tidak peduli dan memilh makan tapi itu tidak berlangsung lama hingga dia merasa ada yang mengesek kakinya. Dengan sensual si pria menyeringai.

Hinata terus saja makan agar terlihat tenang dan menendang kaki yang mengusiknya.

...

Di sepenjang jalan Hinata tetap diam dia merasa ada yang mengikuti. Sedikit berlari mempercepat langkahnya dan terus berlari di setiap gang menuju apartemen yang memang sepi. Di jam malam, si penguntit tak mau kalah ikut mengejar dan terus mengejar hingga.

" kyaaaa!! "

Hinata melihat siapa yang menarik tanganya dengan nafas tersenggal mentap orangnya.

"Sai!!"

"Dasar payah."

"Kau lepaskan!"

"Tidak. "

"Lepasss..!!" jerit Hinata.

"Kau?" Menekan wajah Hinata dengan satu tanganya memojokan si gadis.

"Apa maumu Sai? "

"Kau~" mata itu penuh puja membuat Hinata merinding.

"Kita, tidak saling mengenal ingat."

"Hahaha ...selain payah kau juga bicth. "Hinata menatap tak percaya.

"Kau,pertama berbuat baik lalu setelahnya melupakan. "

"Itu wajar karena kita manusia saling membantu kan."

Sai terlihat dingin entah tanpa sadar tertawa. Sebelum memaki Hinata merasa seperti ada yang membekap hidung dan mulutnya pandanganya mulai memburam kesadaran mengambilnya.

...

Hinata membuka matanya. Ruangan yang bernuansa putih yg pertama dia lihat, menatap lagi sekitar hanya ruangan tertutup. melangkah turun dari ranjang hingga beberapa langakah namun terhenti. Saat melihat pergelangan kaki kirinya terpasang borgol.

Dia tidak bisa kabur bagaimana ini Hinata menangis, mencoba membuka namun sia-sia dia takut sangat takut. Kaki nya melangkah ke arah pintu menyeret kaki yang di borgol yang memang panjang rantainya.

"Bukak! sialan keluarkan aku dari sini...!" jerit nya.

Menggedor pintupun tidak ada yg membuka sialan. Hinata duduk termenung di pinggir ranjang hingga pintu terbuka menampakkan Sai.

Membawa nampan makan meletakan di nakas menatap si gadis yang juga menatapnya.

"Makanlah."

"..."

DEVASTATING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang