25. Darkness

774 100 247
                                    

🎶 As Time Goes By 🎶
▶️ Quinzel's memory is flashed on how she was throwing up and crying in the bathroom. While awakes in the present, she stares at Kenzo enjoying his foie gras breakfast. Soon, Kenzo prepares her food. He's reading while she's eating.
                                       
—————————————————————
Next chapter : 150 COMMENTS (no spam next)!

♥️🖤♥️

"I... I...." Pipi Quinzel menggembung. "I need to... rest room," katanya tak keruan seraya melangkah mundur.

Kepala Quinzel pening. Ruangan seakan mengelilinginya. Dia kerjapkan mata sambil menggeleng agar mampu melihat. Begitu salah seorang pekerja menunjuk arah kamar kecil, Quinzel langsung meninggalkan Kenzo yang menatap kepergiannya dengan tatapan sulit diartikan.

Quinzel kesulitan berjalan di sepanjang jalan karena bergelut dengan pikirannya untuk bertahan melewati angsa-angsa yang menderita itu. Air mata Quinzel menitik. Dia tak tahan lagi sampai akhirnya dia berlari.

Setibanya di WC, dorongan di perut Quinzel membuatnya mengeluarkan seluruh isi perutnya sampai kosong. Gadis itu terkulai lemas di pinggir closet sambil menangis sesenggukan.

"I'm sorry, I'm so sorry," racau Quinzel. Pandangannya yang kabur oleh tumpukan air mata tertuju pada makanan di closet yang baru saja dia muntahkan.

Seumur hidupnya, Quinzel akan menyesali ini. Itu hati yang angsa persembahkan di akhir hidupnya untuk Quinzel meski mereka terluka, berdarah, patah, dan hancur sepanjang hidup mereka.

Quinzel tak akan pernah melupakan ini. Dia tergugu sambil menutupi kedua wajahnya.

Kenzo pikir dengan menunjukkan sesuatu semengerikan itu pada Quinzel, Quinzel akan tertarik. Kenzo berharap Quinzel juga akan sama menyukai foie gras seperti Kenzo dan keluarganya. Kenzo tentu tak mengira Quinzel justru bersumpah dalam hati takkan pernah menyentuh foie gras lagi. Jika Quinzel tak bisa menghentikan penyiksaan terhadap para angsa itu, setidaknya Quinzel tak mau mendukung makanan itu untuk terus diproduksi.

Tapi, ini keluarga Deville. Alih-alih kasihan, cerita di balik makanan kebangsaan mereka itu justru memberikan mereka kepuasan, terlebih bagi Kenzo.

Kenzo suka ide itu. Penyiksaan abadi. Hidup tanpa kebahagiaan.

Namun, Quinzel tidak seperti Kenzo. Sejak saat itu, Quinzel tak pernah sanggup memakan foie gras lagi. Sekalipun dipaksa, Quinzel akan muntah-muntah hebat sampai akhirnya Kenzo menyerah memberikan Quinzel foie gras.

Jadi, ketika Kenzo menyantap foie gras di depan Quinzel hari ini, apakah dia sengaja agar Quinzel tidak selera makan meskipun dia pasti tahu betul Quinzel sangat kelaparan? Perut Quinzel bahkan berbunyi tiap kali jakun Kenzo bergerak naik turun saat menelan makanan yang tampak lezat itu meskipun Quinzel tak mungkin sanggup memakannya.

Jadi, ketika Kenzo menyantap foie gras di depan Quinzel hari ini, apakah dia sengaja agar Quinzel tidak selera makan meskipun dia pasti tahu betul Quinzel sangat kelaparan? Perut Quinzel bahkan berbunyi tiap kali jakun Kenzo bergerak naik turun sa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Living Hell: Déville's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang