34. Fight Back

436 73 85
                                    

🎶 Nobody 🎶
▶️ Quinzel and the squad were taking over the food court.

—————————————————————
SPAM COMMENTS for fast update!

♥️🖤♥️

Lompatlah kemudian ratusan katak kecil ke seluruh penjuru food court, serta-merta membuat seluruh orang yang ada di tempat itu menjerit. Katak kecil itu begitu banyak sampai-sampai tak ada ruang untuk para murid berlindung karena setiap mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka mereka akan menemukan katak di setiap tempat yang mereka pijak. Mereka semua—terutama para siswi—berteriak sejadi-jadinya sambil melompat-lompat. Mereka sudah mirip katak saja.

Beberapa mereka berpelukan seolah bisa menghindari serangan katak, ada yang minta digendong pacarnya ketika kakinya terus dihinggapi katak, berdiri di kursi dan meja agar terhindar dari katak di lantai, melompat lagi dari satu meja ke meja lain karena katak-katak juga bertebaran di meja, melemparkan makanan saat katak hinggap di makanan mereka, membuka blazer untuk mengusir katak di tubuh teman-teman mereka, membuang gelas ke lantai ketika katak melompat ke dalam air minum, bahkan ada yang melarikan diri tak keruan karena katak tak mau berpindah dari kepalanya sampai-sampai dia rela menceburkan tubuhnya ke danau di taman untuk melepaskan diri dari katak itu. Seisi food court heboh oleh suara melengking, sementara Quinzel dan teman-temannya hanya tertawa-tawa menikmati tontonan menyenangkan itu.

"Oh, don't be so dramatic," seru Quinzel di tengah kekacauan yang diciptakan oleh katak-katak yang menyebar di food court layaknya wabah itu.

"Gosh, it's just some cute tiny creatures." Quinzel memutar bola mata. "ENJOY IT, MY PALMEMBERS!" teriak Quinzel sambil merentangkan kedua tangan tanpa menyadari ada siswi yang ikut tersenyum ketika menyaksikannya tertawa lepas dari kejauhan.

Setelah puas tergelak, Quinzel kembali memandang seluruh penjuru food court. Senyumnya lenyap digantikan tatapan tajam. "Next time, it'll be scorpions," kata Quinzel penuh perhitungan.

Quinzel melengos dan saat itulah tanpa sengaja, Quinzel melihat seorang gadis di kejauhan. Gadis itu baru saja beranjak dari bawah pohon di taman. Dia berjalan menuduk sambil memeluk buku, tak sadar ada beberapa siswa yang saling melirik untuk kemudian beranjak mengikutinya dengan langkah terjaga. Tetapi, dari sisi Quinzel, cukup jelas terlihat mereka memang mengikuti satu-satunya orang yang sedang berjalan beberapa langkah di depan mereka.

Quinzel mengernyit. Sesaat kemudian, kakinya mengambil alih dengan melangkah ke taman.

🥀🩸🥀

"Sampah, Anjing! Bisa kerja, nggak, sih, lo?" bentak Edgar. "Kalo cuma sesampah itu yang lo kerjain, ngapain gue rekrut lo ke tim gue, ha? Gue bilang ambil foto yang bisa dinaikin jadi headline! Ciptain sensasi!"

"K-kak, saya udah kerjain sesuai yang Kakak minta. Tapi, gimana saya tau persisnya yang Kakak mau kalo Kakak nggak kirim detail konsepnya?" kata gadis yang berdiri rapat di dinding karena dipojokkan tiga siswa di depannya.

"Ya, pake otak lo buat ngidelah! Cari inspirasi! Masa' tulisan lo nggak spicy sama sekali? Minimal lo bikin click bait-lah biar tuh artikel naik!" sahut Haga.

"Kalo topiknya udah menarik, sebenernya nggak perlu sensasi lagi, sih," gumam gadis itu.

"Si anjing!" maki Tio. "Jadi, maksud lo topik yang kami angkat nggak menarik?" cecarnya.

Gadis itu menggeleng cepat meski sulit baginya menyanggah bahwa topik pilihan mereka memang sangat umum. Itu saja gadis itu sudah mati-matian membuatnya agar terkesan menarik.

A Living Hell: Déville's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang