12. Mine

1K 145 212
                                    

Semangatin Vlo pakai COMMENTS yang rame, deal?
Bantu tandain typo, yaaaa!
Enjoy!

♥️🖤♥️

Itu suara Mrs. Finn, dan nama yang disebutnya itu tidak ada dalam daftar siswa kelas ini sehingga teguran Mrs. Finn itu menjawab kecurigaan di kepala Quinzel.

Quinzel sontak mendelik. Kenzo sungguh di sini? Quinzel menelan ludah, lalu pelan-pelan menoleh ke kanan.

Cowok itu duduk di bangku sampingnya dalam diam, tampak tidak nyata layaknya patung dewa Yunani, dan luar biasa mempesona. Kehadirannya mencuri perhatian hampir semua kaum hawa di kelas yang Quinzel sadari turut memandanginya dengan rahang jatuh terbuka.

"I don't remember you're in this class," kata Mrs. Finn.

"Yet here I am. So?" tanya Kenzo. Suaranya terdengar kelewat santai hingga terkesan menantang.

Bola mata Quinzel seolah akan keluar dari tempatnya mendengar ucapan Kenzo itu. Tapi, tampaknya ini bukan sesuatu yang semengejutkan itu karena hanya Quinzel yang bereaksi demikian. Kenyataannya, meski Kenzo menatap lurus tepat pada Mrs. Finn, alih-alih menghadapi Kenzo sebagai siswa pembangkang, Mrs. Finn justru mengambil tindakan lain, yaitu mengalihkan tatapan dan membuka halaman buku di mejanya.

Mrs. Finn jelas keberatan, tapi entah untuk alasan apa, dia memilih tak melawan. "Alright, Students, kita lanjutkan bahas bab minggu lalu yang belum selesai. Please be quiet and don't make any sound," katanya, lalu mulai mengajar seolah tidak baru saja menegur Kenzo sambil sesekali menulis penjelasannya di papan tulis.

Quinzel berusaha tetap tenang dengan mengeluarkan buku catatannya beserta pena.

"Run a bit forward now, are we?" tanya Kenzo.

Meski tahu kalimat Kenzo itu tertuju padanya, Quinzel memilih diam saja. Di samping Quinzel tak mengerti maksud Kenzo, Quinzel juga tak berniat melanggar aturan Mrs. Finn.

Karena tidak ditanggapi, Kenzo berkata lagi, "Jalan dengan wajah ngangkat, pandangan ke depan..., rambut diikat tinggi biar muka keliatan jelas...."

Kemudian, Kenzo melirik Quinzel. Ada ketidaksukaan dalam caranya menatap Quinzel yang juga terdengar dalam nada suaranya ketika dia lanjut berkata, "Mata lavender lo itu... sengaja lo pamerin?"

Quinzel menahan napas. Kenzo ini seperti ingin mencari masalah saja. Jelas-jelas Quinzel masih memakai kacamata super besar yang menutupi nyaris setengah wajahnya. Belum poni panjangnya yang jatuh di depan. Siapa yang akan sadar dengan warna matanya?

"Ditching on the deal, huh?" tanya Kenzo.

Ah, ini sangat tidak nyaman, apalagi Quinzel bisa merasakan beberapa cewek yang duduk di sekitarnya berbisik-bisik. Kenzo ini tidak suka Quinzel menjadi pusat perhatian. Tapi, dengan dia duduk di kelas yang bukan kelasnya hanya untuk bicara pada Quinzel, bagaimana itu bisa disebut menghindari perhatian?

Jelas-jelas Kenzo membuat semua mata terarah pada mereka. Bahkan yang tadinya tidak menyadari adanya Quinzel di kelas ini pun pasti akan mulai melihat Quinzel karena supermodel ini duduk di samping Quinzel.

Quinzel masih diam sampai Kenzo menendang kakinya di bawah meja dan membuat Quinzel tersentak kaget.

"Lo denger gue, nggak?" desak Kenzo dan ketika Quinzel bertahan tetap diam, Kenzo menendangnya lagi. Lebih keras kali ini sampai-sampai Quinzel meringis pelan. "Berani lo diemin gue?" tanya Kenzo nyaris menggeram.

A Living Hell: Déville's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang