22. Trigger

762 117 250
                                    

🎶 Master Mirror 🎶
▶️ The warning bells ring, and dark creatures appear.
                                       
—————————————————————
Next chapter : 60 VOTES + 150 COMMENTS (no spam next)!

♥️🖤♥️

Kenzo menekan kepala Quinzel hingga satu sisi pipi Quinzel menempel di fountain surround bertingkat. Tekstur kasar ornamen Yunani yang terpahat di sekeliling air mancur otomatis menggores pipi Quinzel. Seolah itu belum cukup menyiksa, Kenzo menyeret kepala Quinzel lewat jambakannya. Kulit pipi Quinzel bisa dipastikan terkikis oleh kasarnya pinggiran kolam yang terbuat dari batu itu.

"S-s-ssakittt," rintih Quinzel.

Ini sangat perih dan tak tertahankan. Mata Quinzel sampai basah oleh air mata, berharap Kenzo segera mengakhiri penderitaan ini. Tapi, tiba di ujung pinggiran kolam pun Kenzo masih tak membiarkan Quinzel lepas dari cengkeramannya.

Kenzo menjambak lagi rambut Quinzel sampai kepala Quinzel mendongak. Tatapan sayu dari mata Quinzel yang tersiksa dan basah oleh air mata kembali bertemu dengan patung malaikat. Sepasang mata malaikat yang teduh itu seperti memberitahu bahwa dirinya adalah tempat pengaduan yang tepat, tapi bibirnya yang tertarik justru seperti mengolok Quinzel dengan senyuman.

Merasa tak nyaman memandang patung malaikat itu berlama-lama, Quinzel mengalihkan tatapan penuh permohonan pada Kenzo yang menjulang di atasnya. Pandangan Quinzel kabur oleh air mata, tapi dia bisa melihat tangan kanan Kenzo memegang selembar kertas. Kenzo membaca tulisan di kertas dengan suara dingin.

"If love is blind, then I'm blinded by you. You looked at me with those warm eyes, and never have I encountered a more ethereal window to the soul. In their depths, I find solace, defying all law. You unfold a new narrative for my story that is written in desperation. It was dark. Until it's not too dark anymore. Desperation existed. And now I'm desperate for you. And it's a beautiful kind of desperation, for you give me hope. You light my way with a beautiful melody that creates a symphony for me to fly high." Rahang Kenzo mengatup kuat. "Pagi, Kak Axsenna. Your secret admirer," bacanya dan menemukan lambang mahkota di penghujung surat.

Quinzel terpejam lemah. Setetes air mata menetes dari ujung matanya. Dia bahkan sudah kehilangan harapan pada kalimat pertama yang keluar dari mulut Kenzo.

Kenzo menurunkan surat itu demi menatap wajah Quinzel yang terangkat ke arahnya. "Jadi, itu kenapa lo tanya-tanyain gue soal hadiah, penggemar, tempat ngasih sesuatu buat orang yang disuka?" tanya Kenzo. "Lo suka sama cowok lain dan pengen nyatain perasaan sama dia, gitu?"

Quinzel tak bisa berkata-kata. Tapi, dari tatapan Quinzel, Kenzo tahu ini bukan kebohongan. Quinzel sungguh melakukan itu. Quinzel sungguh menulis surat cinta untuk laki-laki lain.

"Fucking hell," geram Kenzo.

Rahang Kenzo mengeras. Urat-urat menyembul dari lehernya. Matanya yang menyala oleh amarah dan kegelapan itu bukan sesuatu yang dapat Quinzel atasi, kendalikan, atau sekadar tenangkan. Quinzel bahkan menggigil ketakutan memikirkan apa yang akan Kenzo lakukan pada Quinzel setelah mengetahui perbuatan Quinzel.

Dan berikutnya yang Quinzel ketahui, dia harus berjuang menghirup udara agar masih bisa bernapas ketika Kenzo menenggelamkan kepalanya di dalam air kolam. Quinzel memberontak, berusaha melepaskan diri dengan mencoba menggapai tangan Kenzo, tapi tentu tak dia dapatkan. Dia memukul-mukul air, meminta Kenzo mengeluarkan wajahnya dari kolam agar dia bisa menghirup udara setidaknya sebentar, tapi Kenzo justru menekannya semakin kuat.

A Living Hell: Déville's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang