32. Love In The Dark

583 87 171
                                    

🎶 Love In The Dark 🎶
▶️ Quinzel and Kenzo were having a deep conversation in the bedroom.
                                       
—————————————————————
Next chapter : 170 COMMENTS (no spam next)!

♥️🖤♥️

"I'm cruel, hm?" tanya Kenzo.

Quinzel hanya diam. Amarah dan dendam dalam dirinya tertutupi oleh waspada di matanya.

"I could just give you heaven."

Quinzel termangu. Matanya mendadak kosong. "You give me hell."

"You just have to love me back."

Hening sejenak. Lirih ketika Quinzel berkata dalam suara tanpa emosi seakan segala energi dalam tubuhnya telah terkuras habis, "I don't know how to love in the dark."

"But you know how to love him, yet he didn't even show you the light."

Quinzel terhenyak.

Kenzo melangkah maju dan berhenti di sisi kanan tempat tidur. "He saw you livin' in hell, but did he try to drag you out of it and save you?"

Quinzel tak dapat berkata-kata. Gambar itu masih terpajang tajam dalam memorinya. Kilas balik siksaan tadi malam yang disaksikan Senna tanpa kepedulian atau uluran tangan.

"No." Kenzo menjawabnya untuk Quinzel. "He just stood there and watched," ucap Kenzo.

Terdengar keji, tapi tak ada yang bisa disangkal karena Kenzo ada di sana. Tak ada yang bisa dibela karena Senna memang hanya berdiri diam.

"Apa itu malaikat yang lo cari?"

Quinzel bergeming. Dia terhantam kenyataan pahit. Terlalu menyakitkan sampai satu-satunya cahaya yang tinggal dalam dirinya cepat meredup. Tentang Senna, mungkin sudah saatnya terang itu padam.

"For me, he's more evil than me when I gave you my hand and brought you out of that mental hospital."

Lama Quinzel diam sampai air matanya kering, hanya menyisakan jejak-jejak di pipinya. Wajahnya pucat pasi. Kosong, tak menampilkan satu emosi pun. Quinzel menjaganya tetap begitu. Membiarkan pikirannya mengambang jauh tanpa berusaha menggapai.

Mungkin di sini lebih baik. Berada di ambang tak terbaca.

Quinzel mengangkat wajahnya, menatap Kenzo. Ketakutan di matanya sirna digantikan hampa yang mendekapnya erat. "The shoulder to lean on," ucapnya dengan suara serak. "Masih berlaku?"

Kenzo diam sejenak. Sepasang mata pilu Quinzel menyimpan setitik harap untuk Kenzo.

Quinzel bergeser ketika Kenzo mengambil tempat di sisi kanan ranjang. Begitu Kenzo duduk dengan kaki memanjang lurus di atas tempat tidur, Quinzel kembali bergeser ke dekat Kenzo. Dia meletakkan kepalanya di bahu Kenzo. Tangan kirinya meraup pinggang Kenzo.

Kenzo tertegun. Bisa dia rasakan Quinzel membawa luka dan beban ke dalam pelukan mereka. Gadis itu meringkuk, tampak begitu rapuh dan memerlukan perlindungan, meluluhkan kerasnya hati Kenzo dalam sekejap.

Kenzo balas merengkuh Quinzel. Dia meletakkan satu sisi pipinya di atas kepala Quinzel. Memeluk gadis itu dengan dekap hangat yang menyatakan bahwa selalu dia. Sejak awal sampai akhir, hanya ada Kenzo untuk Quinzel.

"Thank you," ucap Quinzel.

"Hm?" gumam Kenzo sembari mengelus lembut lengan Quinzel yang melingkar di tubuh Kenzo.

A Living Hell: Déville's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang