OPS: Di Tembak

1.3K 128 6
                                    

Waktu istirahat pun tiba, Octa tidak pergi ke kantin sebab masih merasa kenyang karena dia memakan bekal yang di bawakan Neven. Sedangkan Neven sudah melipir entah kemana, dia tak tahu. Tadi katanya, mau cari seme cool.

Octa sebenarnya merasa cemburu saat melihat Neven yang menggoda adik kelas dan siswa seangkatan. Dia sudah pernah menyatakan perasaan nya pada Neven, tapi Neven menolak. "Maaf, ta. Gue ga bisa, soalnya lo bukan tipe gue. Lo orang nya slengean, berbanding terbalik sama tipe gue seme cool and kalem"

Agak sakit eh sakit banget malah hati nya, tapi ga papa yang penting dia masih bisa dekat dengan Neven dan masih mendapatkan perhatian dari Neven pun dia sudah bersyukur, walau hati nya ingin memiliki Neven.

Sudah yang sekian kali nya dia menghela nafas panjang karena bosan, di kelas dia sendirian. Tapi tak berapa lama, suara gaduh dari luar membawa kaki nya melangkah ke luar untuk melihat keadaan.

Tatapan nya terkunci pada satu objek yang selalu mengusik nya akhir-akhir ini. Jauh di sana, lebih tepat nya di lapangan upacara, terlihat Mavin yang terduduk di tengah lapangan dengan wajah yang memar dan di kelilingi beberapa siswa.

Dapat dia tebak jika Mavin mengalami perundangan dari Rava and the geng.

"Lo anak baru aja sok keren! Dasar huuu" ucap salah satu dari mereka sambil mendorong kening Mavin kasar. Charles, sahabat Rava.

"Idih anak beasiswa belagu, cuih" decih Erza, dia juga sahabat Rava.

"Segitu doang kemampuan lo? Lemah!" desis Rava sambil menendang perut Mavin.

"Lo pada main keroyokan anj!" sentak Mavin sambil bangkit dari posisi terjatuh nya.

"Wah lo berani ya?!" geram Rava sambil memasang ancang-ancang untuk meninju wajah Mavin, tapi tangan nya di hentikan oleh Octa.

"Cukup, dia udah babak belur" ucap Octa sambil menatap Rava yang juga menatap nya.

Rava mendengus lalu pergi bersama sahabat nya setelah memberi tatapan tajam nya pada Mavin.

"Maka–"

"Jangan gr, gue nolong lo karena gue ga suka kebisingan" ucap Octa datar sambil melangkah pergi melewati Mavin yang menatap sendu diri nya.

_________

"Gimana su, udah siap belum?" tanya Rava pada kedua sahabat nya.

"Aduh sebentar napa Rav! Ribet nih!" dengus Erza sambil membawakan sebuket bunga mawar besar dan di susul oleh Charles di belakang nya yang membawa sebuah coklat.

Mereka sedang berada di depan ruang ganti ekskul basket, "emang lo yakin Rav bakal berjalan sesuai rencana lo?" tanya Charles tak yakin.

"Yaelah, kasih semangat dong! Jangan ngomong gitu lah, gue malah jadi pesimis asu!" decak Rava.

"Iya iya, semangat"

"Ngapain kalian di sini?" tanya orang tiba-tiba.

Rava refleks membalikkan badan nya untuk melihat siapa kah gerangan yang membuat nya kaget, tapi OMOOO!! APA-APAAN INI??! kenapa dia di hadapkan dengan roti sobek yang begitu seksi.

Octa menatap Rava bingung.

"Oy?! Lo sehat?" tambah nya lagi sambil melambaikan tangan nya ke depan wajah Rava.

"A-anu,.."

"Anu apaan? Anu lo?" tanya Octa heran.

"Rav!! Titid lo ngaceng!" bisik Erza tapi dapat di dengar mereka bertiga.

"Setan mulut lo!" geram Rava balas berbisik. Charles mati-matian menahan tawa nya supaya tidak menyembur.

Octa melirik Rava yang salah tingkah.

Octa Prana Samudera [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang