OPS: Putus

915 89 3
                                    

Octa membuka pintu kamar nya dan masuk kedalam lalu mengunci pintu kamar.

Suasana kamar masih seperti saat terakhir kali dia tinggalkan, Octa mendekati kasur nya yang terdapat tubuh kecil yang meringkuk kedinginan.

Meraih remote AC lalu mematikan pendingin itu, tangan nya meraih kedua tangan yang dia borgol, di sana dapat dia lihat luka akibat gesekan dari borgol miliknya.

Octa melepaskan rantai yang melilit kedua kaki Rava.

Rava terjaga dari tidurnya, "Octa?" gumam nya dengan tubuh yang bergetar, dia masih takut dengan sosok di depan nya.

"Tidur lagi" suruh Octa tanpa ekspresi.

Rava hanya diam sambil melihat Octa yang melepas borgol yang melingkar di tangannya.

"Tidur lagi" ucap Octa mengulang ucapan nya lagi.

Menggeleng pelan dengan pancaran mata yang masih memperlihatkan ketakutan nya. "Takut" lirih Rava.

"...."

Octa terdiam dan termenung, tak lama kemudian dia menyodorkan handphone nya ke hadapan Rava. "Telpon bonyok lo, bilangin lo nginep sini"

Rava menatap Octa ragu-ragu, sedangkan yang di tatap hanya menganggukkan kepalanya.

Lalu dengan segera Rava menelepon orang tua nya, setelah selesai dia mengembalikan hp itu ke yang punya.

5 menit mereka hanya diam.

"Kita putus aja...., Gue ga mau nyakitin hati lo lagi" ucap Octa tiba-tiba memecah keheningan malam.

"Gue ga mau" tolak Rava tegas seakan lupa pada rasa takut nya pada sang kekasih.

"Percuma, hubungan ini cuma sepihak"

"Terserah lo, tapi gue ga akan nyerah buat berjuang" ucap Rava mantap.

Octa menghela nafas lelah nya, "gue ga mau kasarin lo, gue ga mau kelewatan lagi. Jangan gue, gue ga baik buat lo, banyak cowok yang lebih bisa menghargai usaha lo di luaran sana. Gue cowok brengsek, tolong lupain gue"

Tanpa disadari air mata Rava mengalir. Tapi secepat kilat dia langsung menghapus air mata nya dengan punggung tangan nya.

"Kenapa?" lirih Rava. "Kenapa lo ga bisa bales perasaan gue?"

Rava tak peduli lagi, dia terisak dalam diam, air mata nya turun dengan deras tanpa berhenti.

"Cinta ga bisa di paksain-"

"Apa salah nya cuma pura-pura bales perasaan gue? Sesusah itu?!" sela Rava cepat dengan nada frustasi.

"Cuma pura-pura, Ta!" racau Rava dalam tangis nya.

"Tapi gue ga bisa! Tolong ngertiin gue, Va" sentak Octa ikutan frustasi dengan mengacak-acak rambut nya.

Octa pergi setelah mengatakan itu. Sepanjang malam Rava habiskan dengan menangis. Ini adalah patah hati yang pertama untuk nya. Octa cinta pertama nya sekaligus menjadi patah hati pertama nya. Sungguh malang.

_______

Selasa pagi, seperti hari-hari biasanya. Octa telah siap dengan seragamnya, setelah selesai sarapan dia bergegas menuju garasi mansion untuk mengeluarkan motor nya.

Hari ini cuaca sedikit mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Setelah kejadian semalam, Octa memutuskan untuk pergi kembali ke mansion utama Samudera dan membiarkan Rava sendirian di mansion daddy nya.

Di sepanjang jalan tidak ada kejadian yang menarik, hanya satu kata yang menggambarkan suasana di jalanan 'macet'.

Skip

Octa Prana Samudera [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang