3

7.1K 649 21
                                    

Bangunan besar dengan dua bendera besar berwarna hitam di masing-masing sisinya, terlihat sunyi seolah tanpa penghuni. Tidak ada suara apalagi tanda-tanda kehidupan. Padahal, di bagian pelatarannya, berjejer puluhan motor besar yang terparkir tanpa sang pemilik. Angin kencang berhembus, membuat dedaunan kering yang masih bertengger di pohon, berjatuhan dan menerpa motor-motor tersebut. Tidak ada yang peduli.

Berbeda dengan suasana di luar bangunan, puluhan manusia terlihat berkumpul di berbagai sudut ruangan yang ada di dalam bangunan besar tersebut. Ada yang sedang berenang, berlatih tinju dengan menggunakan samsak, melakukan duel di atas ring, dan beberapa berlatih di ruang gym untuk membentuk otot-otot dan stamina mereka. Sisanya ada yang duduk bersantai sembari bermain PS5 yang berada di ruang tengah.

Lisa, ketua dari The Brusier duduk di sebuah balkon yang mengarah pada hamparan gedung perkotaan. Kedua jarinya mengapit sebuah rokok yang sudah berasap sejak tadi. Tubuhnya diam di kursi, namun mata tajamnya tidak berhenti untuk mengawasi sekitarnya. Sekecil apapun suara di tengah bisingnya perkotaan, bisa tertangkap dengan jelas oleh indera pendengaran Lisa. Ia bisa dengan sigap bergerak saat ada suara yang sekiranya berbahaya di sekitarnya.

"Para gadis masih berbelanja?" Jisoo datang dengan membawa secangkir kopi dari dapur dan duduk di sebelah Lisa.

Lisa mengangguk dan menghisap rokok yang tersisa setengah di tangannya.

"Biarkan mereka bersenang-senang" jawab Lisa, tanpa menatap ke arah Jisoo.

"Tapi kau bisa memastikan bahwa Fox tidak akan mengganggu mereka?" Jisoo sedikit mengkhawatirkan keselamatan para gadis, sebab Lisa dan yang lainnya memiliki sekelompok musuh bebuyutan sesama geng motor yang bernama Fox. Bukan tidak mungkin, mereka memiliki niat untuk mencelakai kekasih dari Lisa, Wendy, Seulgi dan Jisoo sebagai upaya balas dendam dan semacamnya.

"Tidak ada yang berani menyentuh para gadis meski hanya sejengkal. Aku yang memastikannya" ujar Lisa.

"Kau mengirim anak buahmu untuk mengawasi mereka?"

Lisa mengangguk, kemudian menekan puntung rokoknya di dalam asbak agar baranya mati.

"Lagipula, para gadis tidak selemah yang kau pikirkan. Mereka bisa melindungi diri mereka sendiri" Lisa bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Jisoo begitu saja.

Jisoo hanya menggeleng, kemudian menyeruput kopinya yang masih mengeluarkan uap panas sembari menikmati pemandangan langit sore yang sebentar lagi berubah malam.






***

Jennie, Joy, Irene dan Rosè baru saja menyelesaikan aktivitas mereka untuk berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Seoul. Kedua tangan mereka penuh menenteng banyak paperbag dari berbagai brand terkenal, seperti Chanel, LV, Dior, Celine, YSL dan masih banyak lagi. Sepertinya, mereka sangat puas berbelanja hari ini.

Mereka berjalan menuju parkiran dengan senyuman cerah di bibir masing-masing. Bagaimana tidak? Mereka berhasil memiliki seluruh koleksi terbaru dari berbagai brand tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Ya, mereka berempat menggunakan credit card milik kekasih masing-masing. Sungguh pasangan yang sangat royal.

"Apa kau membelikan juga untuk Lisa, Jen?" tanya Joy, saat mereka tiba di sisi mobil masing-masing.

"Tentu. Orang itu tidak akan memiliki pakaian baru jika bukan aku yang membelikannya. Style-nya terlalu monoton. Dia hanya akan membeli baju-baju dengan warna hitam dan itu sangat menyebalkan" Jennie mendengus. Kedua tangannya sibuk memasukkan belanjaannya ke dalam bagasi mobil Porsche 911 miliknya.

"Itu karena dia terlalu gila belajar sampai tidak sempat memikirkan style" sahut Irene yang sudah selesai memasukkan barang-barangnya.

"Irene benar. Lisa sangat gila belajar, aku sampai heran dengannya" Rosè menggeleng takjub. Bagaimana bisa ada orang seperti Lisa? Sementara dirinya, isi otaknya tidak pernah jauh-jauh dari makanan dan berbelanja.

Villain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang