12

4.2K 518 25
                                    

'Braakk'

'Prangg'

Kamar di dalam apartemen Jennie dan Lisa tampak begitu berantakan. Barang-barang berserakan dimana-mana, dengan serpihan vas yang bercecer di lantai.

"Arrgghh...biarkan aku keluar!" Lisa berteriak.

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu sejengkal pun pergi dari sini" bantah Jennie. Ia berdiri untuk menghalangi Lisa dari pintu.

"Buka pintunya! Jangan membuatku menghajarmu!" ancam Lisa.

Tubuhnya menggigil hebat dengan bibir yang semakin pucat pasi, bahkan pecah-pecah. Bulir-bulir keringat membasahi tubuhnya. Lisa terus bergerak gelisah, memohon agar Jennie membuka pintu kamar mereka. Namun, gadis bermata kucing itu tidak memberikannya begitu saja. Ia bahkan menyimpan kuncinya di tempat yang tidak terjangkau oleh Lisa. Dia tidak akan membiarkan Lisa pergi, apapun yang terjadi.

"Pukul aku! Tampar! Lakukan semua hal yang kau sukai! Tapi, aku tidak akan membiarkanmu pergi selangkah pun dari sini" Jennie tidak gentar dan tetap kekeuh pada pendiriannya.

"AAARGGGHHH...GADIS SIALAN!!!"

'Praakkk'

Lisa berteriak sembari melemparkan komputer di atas meja secara sembarang. Dalam hitungan detik, komputer tersebut sudah hancur tak berbentuk. Layarnya bahkan sampai pecah, meninggalkan bekas goresan di atas lantai.

"Hon, tenanglah!" Jennie mencoba meraih bahu Lisa. Ia ingin menenangkan kekasihnya agar berhenti mengamuk.

"Menyingkir, brengsek!" Lisa menepis kasar tubuh Jennie hingga gadis itu terjatuh.

"Arrgghh...!" Lisa merintih kesakitan.

Tubuh kurusnya luruh ke lantai. Lisa meringkuk di atas lantai yang dingin, mencoba menahan rasa sakit yang terus menggerogoti dirinya. Tulangnya terasa seperti dipatahkan dalam waktu yang bersamaan. Begitu ngilu dan menyakitkan. Lisa tidak kuat lagi dengan rasa sakitnya. Dia membutuhkan obatnya, namun Jennie tidak membiarkannya pergi. Tanpa sadar, kedua mata hazelnya mengeluarkan air mata karena tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya. Tubuhnya terasa begitu menyakitkan.

"Baby, kumohon... I'm in pain. Please... Help me" lirih Lisa. Tangannya bahkan terulur ke depan, berharap Jennie akan iba dan memberikan obatnya.

Jennie menggeleng, "Aku tau, kau bisa, sayang. Kumohon, bertahan sedikit lagi"

Gadis berpipi mandu itu mendekati Lisa dan menarik sang kekasih ke dalam pelukannya. Jennie bahkan tidak takut, sekali pun Lisa sudah bertindak kasar sebelumnya. Ia hanya ingin membuat gadis jangkung itu merasa lebih baik tanpa harus mengandalkan obatnya.

"Arrgghh...it's hurt, baby" Lisa mencengkeram baju seragam yang masih Jennie kenakan.

Keduanya bahkan masih dalam balutan baju yang sama. Mereka tidak sempat mengganti pakaian, karena Lisa sudah lebih dulu merasa kesakitan dan mengamuk.

"Gigit tanganku, sayang!" Jennie mengulurkan tangan kecilnya ke arah Lisa.

Awalnya, Lisa tidak ingin melakukannya. Ia tidak mau jika harus mengorbankan Jennie dan menyakitinya. Namun, rasa sakit di tubuhnya membuat Lisa tidak bisa berbuat banyak. Ia tidak sanggup lagi jika harus berteriak.

Jennie memejamkan matanya rapat-rapat. Gigitan Lisa begitu kuat di tangannya. Tapi Jennie sadar, rasa sakit yang ia rasakan, tidak apa-apanya dengan kesakitan yang Lisa rasakan di tubuhnya. Seseorang yang selama ini selalu melindunginya, selalu terlihat kuat di hadapan semua orang, kini sedang tidak berdaya dan membutuhkan dirinya untuk berbagi rasa sakit.

Villain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang