21

3.9K 434 37
                                    

'Sreett'

'Bugghh'

Tubuh kurus Lisa terlempar hingga menghantam meja di dalam ruang tamu besar milik ayahnya. Secara tiba-tiba, Marco datang ke apartemen Lisa dan menyeret gadis jangkung itu untuk pulang ke rumah. Jennie tidak di apartemen karena sedang menghabiskan waktu weekend-nya untuk berbelanja bersama para gadis. Lisa tidak terlalu suka berada terlalu lama di mall, sehingga ia memutuskan untuk tidak ikut dan belajar di apartemennya.

Lisa meringis kesakitan karena tubuhnya sempat terhantam ujung meja dan itu lumayan sakit, membentur pinggangnya.

"Anak sialan! Berani kau membolos?! Seleksi olimpiademu tinggal besok! Bukannya serius belajar, kau justru membolos dan keluyuran tidak jelas di luar sana. Apa yang kau inginkan hah?! Menjadi manusia tidak berguna?" Marco menatap Lisa penuh amarah.

Ia sudah mendengar tentang Lisa yang membolos bersama teman-temannya. Anak buah Marco tersebar dimana-mana untuk mengawasi Lisa. Bukan hal yang sulit untuk memergoki Lisa yang sengaja membolos dari sekolahnya.

"Tapi aku memiliki alasan, dad" elak Lisa.

Lisa memang terpaksa membolos karena ia harus mencari Jennie kemarin. Ia tidak mungkin bisa bersekolah dengan tenang jika kekasihnya saja masih hilang, tanpa tahu bagaimana kondisinya. Beruntung, Lisa berhasil menemukan Jennie. Namun, ia harus menerima resikonya sekarang akibat berani membolos.

"YA! KAU SUDAH BERANI MENJAWABKU SEKARANG?! Peduli apa aku dengan alasanmu? Kau membolos dan jelas itu salah, Lalisa!" tekan Marco.

"Kau ini sama seperti ibumu! Tidak berguna dan hanya mempersulit hidupku. Sial! Kenapa kau bahkan harus lahir, brengsek!" amarah Marco tiba-tiba memuncak tanpa alasan.

Ia melangkah mendekati Lisa dan memukul wajah anaknya hingga jatuh tersungkur. Bagaimana pun, tubuh kurus Lisa tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan badan Marco yang begitu tegak dan gagah bak binaragawan. Satu pukulan sudah berhasil membuat Lisa jatuh ke lantai.

"Kau memang sebaiknya mati, brengsek! Kau tidak berguna!"

'Bughh'

'Buggh'

Kaki Marco yang masih terbungkus sepatu pantofel tidak ada hentinya untuk menendang tubuh Lisa yang tak berdaya. Lisa seolah bukan manusia di mata Marco. Laki-laki itu begitu tega menendang Lisa bak hewan yang pantas untuk disakiti. Lisa tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya diam, menerima semua perlakuan sang ayah kepadanya. Jika melawan, Lisa akan mendapatkan hukuman yang lebih dari ini.

Rasa sakit dan nyeri sudah menjalar ke seluruh tubuh Lisa. Rasanya begitu menyakitkan, bahkan terdengar bunyi 'krek' beberapa kali. Mungkin, ada bagian tulang Lisa yang retak akibat tendangan Marco. Namun, Marco masih enggan untuk berhenti. Ia seolah tidak puas menendangi tubuh Lisa sebelum gadis itu benar-benar mati di tangannya.

Lisa sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Matanya terasa begitu berat dengan pandangan yang memburam. Kepalanya mendadak terasa sakit dengan tubuh yang terasa seolah tulangnya rontok dalam satu waktu yang bersamaan. Ingin rasanya Lisa berteriak kesakitan, tapi suaranya bahkan sudah tidak sanggup untuk keluar meski hanya satu kata.

Marco akhirnya berhenti menendang tubuh Lisa. Bukan karena ia kasihan, melainkan karena Marco sudah merasa kelelahan. Ia pun langsung pergi dari sana, mengabaikan tubuh Lisa yang tergeletak di atas lantai dengan wajah pucat dan keringat bercucuran di tubuhnya karena berusaha menahan rasa sakit yang luar biasa.

Lisa nyaris memejamkan matanya, hingga sebuah suara langkah kaki terdengar mendekat. Lisa mencoba untuk mendongakkan kepalanya, melihat siapa orang yang datang. Ternyata itu adalah kakek Lisa, William Manoban. Tanpa sadar, tangan Lisa terangkat untuk meminta pertolongan dan belas kasihan kepada William. Namun, laki-laki paruh baya itu mengabaikannya. Jangankan menolong Lisa, menoleh pun tidak. Ia justru tetap melangkah masuk dan memanggil nama Marco untuk menemui anaknya.

Villain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang