29

3.4K 427 47
                                    

Lisa reflek tersenyum saat mendapati wajah tenang Jennie yang sedang tertidur dalam pelukannya. Gadis itu menolak untuk tidur di ranjangnya sendiri dan memilih untuk satu ranjang dengan Lisa. Padahal, ranjang rumah sakit cukup kecil dan hanya muat untuk satu orang, namun Lisa juga tidak bisa menolaknya. Ia harus merelakan tubuhnya pegal-pegal keesokan harinya karena tidur dalam posisi tidak benar. Lisa tidur dengan posisi miring, sedangkan Jennie tidur menggunakan tangan Lisa sebagai bantalnya. Lisa yakin, tangannya akan mati rasa besok.

"Aku bahkan hampir tidak bisa percaya, jika gadis seimut ini ternyata adalah pembunuh. Sialnya, aku bahkan tetap mencintaimu sekalipun aku tau, kau adalah orang terkejam yang pernah kutemui" Lisa menelusuri wajah Jennie dengan telunjuknya.

"Aigoo...bagaimana bisa, tubuhmu yang mungil ini membunuh empat orang? Aku benar-benar tidak menyangka" Lisa mengusap hidung Jennie dengan gemas.

"Mmmhhh..."

Tidur Jennie terusik karena Lisa terus mengganggunya. Kedua mata kucing itu mulai terbuka dan mengerjap, menatap Lisa dengan polosnya.

"Wae?" Jennie bersuara dengan serak.

Lisa menggeleng, "Kembalilah tidur. Mianhe aku mengganggumu" Lisa mengeratkan pelukannya pada Jennie dan memberikan kecupan hangat pada kening sang kekasih.

Jennie kembali menutup matanya dan mengangguk.

"Hon, aku ingin es krim" rengek Jennie dengan mata yang masih tertutup.

"Tidak ada es krim di jam satu malam, Nini. Kau baru akan mendapatkannya besok pagi" Lisa mengusap punggung Jennie, bermaksud untuk membuat kekasihnya tertidur kembali.

"Benarkah? Kau tidak berbohong?" suara Jennie terdengar pelan karena teredam pada leher Lisa.

Lisa mengangguk, "Kau akan mendapatkannya besok. Sekarang, tidurlah sebelum monster bantal menculikmu"

"Ya! Tidak perlu menakutiku! Aku bukan anak kecil" Jennie memukul dada Lisa dengan pelan, bermaksud untuk menyuarakan protesnya.

Lisa hanya tertawa dengan tangan yang terus mengusap punggung Jennie tanpa henti.

"Tapi kau yakin, jika monster bantal tidak akan menculikku jika aku tidur sekarang?"

Lisa sedikit kaget karena Jennie tiba-tiba bersuara lagi, bahkan memunculkan sedikit wajahnya yang tampak ketakutan. Lisa hampir tertawa keras karena melihat ekspresi Jennie yang menurutnya menggemaskan karena terlalu polos.

"Nee. Dia hanya menculik anak-anak nakal yang tidak mau tidur" kata Lisa, mencoba menahan tawanya.

"Baiklah, aku akan tidur" Jennie langsung meringsek masuk ke dalam pelukan Lisa.

Tak lama, terdengar deru nafas yang cukup teratur, pertanda bahwa Jennie sudah kembali ke alam mimpinya. Lisa tertawa pelan. Tingkah gadisnya benar-benar menggemaskan.

Lisa menghela nafasnya, "Rasanya aku akan gila. Semakin hari, aku justru semakin jatuh padamu tanpa tau caranya berhenti. Entah sudah berapa dalam perasaan yang kumiliki untukmu. Aku tidak akan bisa untuk melepaskanmu begitu saja, apapun yang terjadi. Kumohon, jangan pernah pergi dariku. Sekalipun kau harus pergi, tolong bawa aku bersamamu. Aku tidak akan sanggup hidup di dunia yang kejam ini tanpa sosokmu"

Lisa benar-benar takut untuk kehilangan Jennie. Tidak peduli betapa tempramentalnya gadis itu dan tak jarang Lisa harus berhadapan dengan sikap agresifnya saat Jennie merasa tidak nyaman. Bahkan gadis itu sangat pecemburu dan tidak suka jika Lisa bersama wanita lain. Namun, hal itu tidak sedikit pun mengurangi perasaan cintanya untuk Jennie.

Sejatinya, Lisa sendiri sadar, bahwa selama ini hubungan kedunya bisa dibilang tidak sehat. Mereka sama-sama tahu, bahwa melibatkan kekerasan dalam hubungan, merupakan sesuatu yang salah. Tapi, mereka sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya untuk berhenti. Baik Lisa, maupun Jennie, mereka tidak akan pernah bisa untuk mengendalikan diri mereka ketika diselimuti oleh emosi. Sehingga, bermain fisik adalah satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan untuk saling meluapkan emosi negatif tersebut.

Villain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang