Kaluna berjalan gontai, deru suara ombak dan dinginnya air laut tidak membuatnya menyerah, ia berjalan di pinggiran pantai dengan sesekali air laut menerpa kaki polosnya, tatapan kosong telah menjadi zona yang nyaman untuknya, hingga tanpa ia sadari hari sudah semakin gelap.
"awalnya aku kira kamu gak mungkin ada di tempat ini" ucap seorang lelaki dari arah belakang tubuhnya, membuatnya berhenti melangkah." ucap seorang lelaki dari belakang tubuhnya.
Erlangga, lelaki itu berjalan mendekati Kaluna ia berdiri dihadapan Kaluna dan menatap kedua mata Kaluna yang membengkak akibat lamanya ia menangis.
"Bunda, anaknya ngadu lagi ya.." ucap Erlangga mengahadap kearah lautan lepas, sementara Kaluna tersenyum lirih.
"kok bisa tahu aku disini?"
"Gara nyariin kamu, di grup dia nanya-nanya, katanya mamanya dateng"
"oh ada mama, terus kok tahu aku disini?"
"tempat mana lagi yang bakalan kamu datengin kecuali tempat ini, tempat bunda" keduanya terdiam, mereka menikmati indahnya matahari tenggelam di ufuk barat yang membuat suasana semakin mendukung untuk menghadirkan sebuah ketenangan.
"Huft--- susah ya, susah hidup sama orang yang gak pernah anggap kehadiran kita, kayanya aku kena karma dari kamu deh" sungut Kaluna senyuman lirih mengisi di ujung ucapannya.
"mungkin kali ya hahahaha"
keduanya kembali terdiam rasa sepi menggerogoti keduanya cukup lama, sibuk dengan pikiran masing-masing adalah alasan paling tepat saat ini.
"Aku kira, setelah ini aku akan jadi lebih di hargai sebagai anak, sebagai istri, ataupun sebagai wanita, tapi ternyata aku salah lang--hiks-hiks semua tetap sama lang-- sakitt" Rintih Kaluna, ia kembali menangis entah kenapa rasa sesak di dadanya tak kunjung mereda padahal ia sudah menangis cukup lama.
Jujur saja mungkin jika Kaluna bukan istri sahabatnya Erlangga pasti membawa tubuh itu masuk kedalam dekapannya, ia pasti akan memeluknya dengan erat, seandainya gelar menantu Arjepati tidak ada di belakang nama Kaluna saat ini.
"Sesusah itu ya lang, sesusah itu untuk aku bisa bahagia, kayanya harusnya aku gak lahir, harusnya bunda gak berusaha menyalamatkan nyawa aku, harusnya bunda yang hidup lebih lama dan tinggalin aku, aku--"
Hancur sudah pertahanan Erlangga ia tidak bisa melihat wanita yang sangat ia sayangi sehancur ini, ia tidak bisa melihat wanita ini menangis dan menyalahkan dirinya sendiri, katakanlah Erlangga brengsek karena saat ini yang ia inginkan hanya memiliki wanita ini.
"enggak Lun, kamu layak untuk hidup Lun, bunda sayang banget sama kamu makanya Bunda pengen kamu hidup dengan baik, Luna kalaupun semua orang pergi ninggalin kamu, kamu masih punya aku luna, kamu masih ada aku" Erlangga memeluk tubuh Kaluna erat, ia marah, marah pada orang-orang yang terus menyakiti Kaluna, ia marah pada mereka yang tidak pernah menyadari betapa tulus dan lembutnya hati Kaluna, betapa berharganya Kaluna, ia benci, benci pada mereka yang menyakiti wanita kesayanganyan.
"aku antar kamu pulang ya?" Gelengan kepala kuat dari Kaluna menjadi jawaban mutlak yang bahkan tidak bisa di ganggu gugat oleh Erlangga, Erlangga meraih pergelangan tangan kaluna lembut.
"Aww.." Erang Kaluna, atensi Erlangga teralihkan ia mengecek bagian tubuh Kaluna yang terdapat ruam memerah.
"kenapa?"
"tadi kesiram kuah mie"
"Sagara?"
"Hah?"
"Iya ini perbuatan Sagara kan?"
"E-Enggak kok" melihat air wajah Erlangga yang tiba-tiba berubah membuat Kaluna sedikit merasa takut, ia takut bila nanti Erlangga akan menyakiti Sagara dan berujung dirinya yang kembali menjadi korban, mengingat persahabatan antara Erlangga dan Sagara sudah terjalin sejak lama
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Lo gak seharusnya hadir di hidup gue lun!"-saga "Harusnya gue gak jatuh terlalu dalam ke pelukan Sagara"-luna kisah tentang mereka yang menggantungkan mimpinya hanya demi keinginan keluarga mereka, membuat banyak hati hancur, membuat banyak luka ya...