Terhitung sudah tiga bulan masa pernikahan Kaluna dan Sagara, keduanya pun sama-sama tidak bertegur sapa setelah kejadian hari itu, seperti pagi ini contohnya, Kaluna sedang bersiap untuk pergi berbelanja entah mengapa hari ini dirinya sangat ingin berbelanja, dirinya sudah sangat siap untuk pergi, sampai pada saat Sagara keluar dari kamarnya, entah mengapa hari-hari ini dirinya seperti kehabisan energi, padahal kalau diingat-ingat pekerjaannya belakangan ini tidak terlalu banyak dan seharusnya tidak membuatnya kelelahan.
"Gue mau pergi belanja, lu mau nitip sesuatu gak?" tanya Kaluna melihat Sagara yang hanya duduk bersandar di Sofa.
Diam, lelaki itu tidak menjawab pertanyaan wanita yang berdiri di arah dapur rumahnya, Kaluna yang sedikit khawatir pun memberanikan diri mendekati lelaki itu berharap lelaki itu tidak mengamuk setelahnya.
Telapak tangan wanita itu menyentuh lembut kening sang pria, tidak dipungkiri sebagai istri ia sedikit memiliki kekhawatiran mengingat beberapa waktu belakangan Sagara berwajah pucat.
"Ke dokter aja gak sih? atau mau gue panggilin dokter Morgan?"
"Gue gak papa" jawab lelaki itu lirih
"Tapi lu se pucet ini Sa, udah deh gue anterin aja"
"Bisa gak lu gak usah peduliin gue, udah bersikap kaya biasa aja, gue lagi gak mood buat ngeladenin lu" ucap Sagara tajam.
Kaluna terdiam, entah mengapa belakangan ini dirinya amat sangat sensitif sehingga tanpa di duga, dirinya justru menangis dihadapan Sagara namun karena ia sangat tidak ingin Sagara menyadarinya, ia pun buru-buru beranjak dari tempat itu, langkahnya membawa dirinya ke basement dan buru-buru menaiki mobilnya, didalamnya Kaluna hanya bisa menumpahkan tangisannya dan kekesalannya yang ia sendiri pun bingung kenapa, padahal seingatnya perlakuan Sagara pernah lebih dari hanya membentaknya saja.
tidak butuh waktu lama, Kaluna sampai di sebuah Mall ibu kota, matanya berbinar memandangi banyaknya baju-baju dan sepatu keluaran terbaru, wanita itu terus berkeliling-keliling kedua tangannya mulai penuh dengan banyaknya totebag dengang berbagai jenis baju bahkan sepatu, tidak seperti biasanya kali ini ia hanya ingin menghabiskan waktu sendiri, tanpa ada yangmengusiknya.
Setelah menghabiskan waktu hampir seharian berkeliling Kaluna memutuskan untuk kembali pulang tapi sebelumnya ia memesan beberapa makanan untuk ia makan di rumah mengingat sebelum ia pergi ia hanya menyiapkan sarapan saja, sesampainya di Apartemennya ia tidak menemukan sosok Sagara, rumahnya terasa sepi dan kosong seperti biasanya.
"Paling pergi ketempatnya Azel" ucapnya pelan, wanita itu meletakkan semua belanjaannya, dan merapihkannya satu persatu.
Argh...
lirih Kaluna, entah kenapa belakangan perutnya akan terasa keram tiba-tiba, baik melakukan aktivitas maupun tidak.
Namun, untuk kali ini sakitnya sangat luar biasa hingga membuat Kaluna tersiksa, tanpa Kaluna sadari kakinya sudah di penuhi oleh aliran darah segar, wajah cantiknya semakin memucat, rintihannyapun semakin keras, perutnya seakan di peras sangat amat sakit, ini bukan pertama kalinya kaluna merasakan hal tersebut, sebetulnya ia sudah sering merasakan hal seperti ini namun tidak sampai membuat dirinya mengeluarkan darah.
Sagara baru membuka kunci apartemennya, karena dirasa tubuhnya sudah lebih baik tadi lelaki itu memutuskan untuk membeli beberapa makanan yang di jual di depan area gedung Apartemen yang ia tinggali, namun baru akan meletakan makanannya matanya justru menangkap sosok Kaluna yang sedang merintih kesakitan sambil memegang erat perutnya ditambah aliran darah yang mulai mengotori lantai dibawahnya"Luna?!!" teriak Sagara panik, pasalnya wajah Kaluna sudah sangat pucat dan tubuhnya sudah sangat lemas, Sagara dengan cepat mengangkat tubuh itu, Sagara membawa Kaluna ke rumah sakit terdekat.
Lama Sagara menunggu, akhirnya dirinya di ijinkan masuk kedalam ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Lo gak seharusnya hadir di hidup gue lun!"-saga "Harusnya gue gak jatuh terlalu dalam ke pelukan Sagara"-luna kisah tentang mereka yang menggantungkan mimpinya hanya demi keinginan keluarga mereka, membuat banyak hati hancur, membuat banyak luka ya...