Penjelasan dari Erlangga

83 4 7
                                    

Erlangga di kejutkan dengan kehadiran Alaska, lelaki itu datang dengan celana pendek dan zipper jaket kesayangannya ditambah dengan sandal jepit, oh jangan lupa rambut hitam acak-acakannya, semakin menguatkan keyakinan Erlang bahwa lelaki ini baru bangun dari tidurnya dan buru-buru datang ke rumahnya, karena aneh rasanya di cuaca sepanas ini lelaki berkulit tan itu memilih celana pendek untuk menaiki motor.

"Jelasin ke gue?" Ucap Alaska dengan tatapan yang sulit di deskripsikan

"Santai santai, masuk dulu lah, panas nih" Ajak Erlang, keduanya duduk di Sofa ruang tengah milik Erlangga. Erlangga memang sudah sejak lama tinggal sendiri di sebuah Rumah besar di kawasan elit kota Jakarta, kedua orang tua Erlangga memilih untuk tinggal di daerah pedesaan untuk menikmati masa tua, sehingga segala sesuatu yang ada di kota di serahkan kepada Erlangga dan Kakak laki-lakinya untuk keduanya urus, namun karena sang kakak pun sudah menikah dan lebih memilih mengurus perusahaan cabang di wilayah Bali  mau tidak mau Erlang lah yang mengurus perusahan pusat di ibu kota, Oh ayolah, Sagara, Erlangga dan teman-temannya sudah memiliki Fasilitas sejak mereka baru dilahirkan jadi tidak perlu heran bukan?



"Jadi?" Tanya Alaska setelah melihat Erlangga meletakan dua minuman kaleng di atas meja.

"Sama kaya apa yang gue bilang di grup, gue gak pernah sekalipun berhubungan lebih sama Kaluna, dan gue bisa ngejamin itu"

"Terus yang katanya bercak merah itu apa?"

"Waktu si Gara koar-koar di grup si Kaluna pergi, gue berusaha bantu dengan nyari Kaluna dan berakhir gue ketemu sama dia, disana gue udah liat tangan Kaluna  merah karena ketumpahan kuah mie, dan pelakunya ya jelas si anjing Sagara"

"Gila! gue gak tahu si Gara tuh kenapa sih? Anjing banget jadi cowok, bisa-bisanya malah nyakitin Kaluna"

Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing menciptakan keheningan, "Terus, kalo gitu yang ada dalam kandungannya Kaluna beneran anaknya Sagara kan?" 

"Harusnya sih iya" ucap Erlangga lesu.

"Terus, dia gak mau ngakuin anaknya gitu? terus dia masih mau bareng sama si Azel, gila kali ya?!"

"we never know"

Erlangga dan Alaska adalah dua orang terdekat Kaluna, dan sejujurnya keduanya memiliki perasaan yang sama pada Kaluna namun Alaska memilih untuk mundur karena ia tahu pasti Kaluna hanya menganggapnya sebagai Kakaknya dan akan selamanya seperti itu.

"terus rencananya lu gimana?"

"masih belom tahu, lu tahu sendiri kan dia kaya gimana? sekeras apapun gue jelasin ke dia, dia tetap gak mau ngerti ditambah sekarang dia lagi galau-galaunya perihal di putusin Azel"

"Kalo di pikir-pikir disini yang beneran kaya Anjing emang si Sagara sih, harusnya dia jadi cowok bisa lebih tegas dong apalagi ini soal perasaan dan masa depan orang lain" Erlangga hanya mengangguki ucapan Alaska, jujur saja ia pun bingung harus melakukan apa, satu sisi ia begitu  ingin melindung Kaluna, tapi sisi lainnya menolak karena bagaimanapun Kaluna masih menyandang status sebagai istri dari sahabatnya.

"Gue akan ada disini, dan akan selamanya ada disini Al, gue gak akan pernah bisa ngelewatin garis itu, gue gak bisa ada disisinya sekalipun gue mau banget disisi dia tapi tetap gak bisa Al, dia udah dimilikin orang lain dan gue gak ada hak untuk disamping dia Al" sebulir cairan bening yang berusaha ditahan oleh Erlangga nyatanya luruh juga dihadapan sahabatnya, siang itu Alaska adalah saksi dari hancurnya hati seorang Erlangga Atmaja Xander, lelaki dengan ketulusan cintanya, lelaki dengan segenap hatinya mencintai Kaluna, namun lagi-lagi ia adalah salah satu dari banyaknya lelaki malang yang harus mengikhlaskan sang pujaan hati menjadi milik orang lain. 

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang