Aksara dan Karina melangsungkan penerbangan mereka setelah mendengar berita itu. Kabarnya, sang ibu tiba-tiba ditemukan tak sadarkan diri di ruang kerjanya. Jacob yang kebetulan menjadi orang pertama yang melihatnya, langsung membawa Anna ke Unit Gawat Darurat. Ia juga yang menghubungi bodyguard Aksara agar segera memberi tahu pria itu.
Meski sudah menggunakan jet pribadi, tetap saja perjalanan Orlando—New York membutuhkan waktu nyaris dua setengah jam perjalanan. Begitu mendarat, mobil Aksara yang telah disiapkan langsung mengebut menuju tempat sang ibu dirawat. Ia membawa mobilnya seperti orang kesetanan. Pikiran Aksara begitu kalut dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Tidak sampai tiga puluh menit mereka akhirnya tiba di sebuah rumah sakit. Aksara memarkirkan mobilnya dengan asal dan masuk ke dalam. Sudah banyak wajah-wajah familiar yang tengah menunggu di depan sebuah ruangan. Sebagian mereka terlihat tegang, sebagian lagi tengah menahan tangis.
"Dad!" panggil Aksara.
Louis menoleh ke arah putranya. Ia menghampiri anak lelakinya itu diikuti oleh Lexie. Adiknya terlihat baru saja menangis. "Aku lega kau sampai dengan selamat, Aksa."
"Apa yang terjadi dengan mom?!" tanyanya mengabaikan ucapan ayahnya itu. "Kenapa tiba-tiba mom tak sadarkan diri?"
"Aksa, tenanglah," ujar Louis. "Aku akan menjelaskan soal ibumu, tapi saat ini–"
"Keluarga Mrs. Bourge." Panggilan seorang dokter memotong ucapan Louis. Ketiga orang itu sontak menghampiri sang dokter diikuti juga oleh yang lain. Mereka semua menatap dokter itu dengan perasaan was-was.
"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Louis.
"Dokter, apa yang terjadi dengan ibu saya?" Aksara lebih dulu memotong hingga membuat dokter itu kini menatapnya heran.
"Sir ... Anda tidak tahu soal penyakit ibu Anda sendiri?" Sang Dokter justru balik bertanya keheranan.
"Sakit? Mom Sakit? Dad, kau berutang banyak penjelasan padaku." Aksara berbalik menatap Louis tajam. Tangannya kini terkepal menahan gejolak emosi yang sudah mulai memuncak.
"Ibu Anda terkena–"
"Dokter, jangan," potong Louis yang langsung membungkam pria paruh baya itu. "Ini ... permintaan Anna. Biar saya yang menjelaskan pada mereka. Tugas Anda hanya menjelaskan pada saya kondisi Anna saat ini."
Dokter itu menghela napasnya pelan. Ia tak punya pilihan selain menuruti apa kata pria yang telah menjadi suami dari pasien lamanya itu. "Kondisi Mrs. Alanna Bourge sudah lebih stabil, kami akan memindahkannya ke ruang rawat biasa. Namun, sepertinya hal itu sudah menyebar ke banyak sekali organ. Sudah tak banyak yang bisa kami lakukan. Kami hanya mampu memperlambat waktu kematiannya saja."
Louis mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia berusaha menahan agar air matanya tak keluar saat ini. Louis sadar, ia harus lebih kuat, setidaknya untuk kedua anaknya. "Baik ... terima kasih atas pertolongan Anda selama ini."
Dokter itu mengangguk dan meninggalkan orang-orang yang tengah tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sementara itu Aksara sudah semakin kalut. Rahangnya kian bergetar memikirkan segala kemungkinan yang ada. Ibunya sekarat. Itu fakta yang tak terbantahkan. Entah kapan maut akan menghampiri Anna, tapi bisa saja hal itu tak lama lagi.
"Aksa, Lexie ... kita harus bicara sebentar," ujar Louis menepuk pundak putranya. "Dad punya penjelasan yang harus kalian dengar."
Mereka berdua mengangguk. Keluarga itu kemudian berjalan menjauh menuju ke sebuah tempat sepi. Louis, Aksara, dan Lexie duduk di salah sebuah kafetaria rumah sakit itu. Keadaan cukup sepi mengingat hari ini sudah nyaris larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire's Desire
Ficção GeralAXJ SERIES #1 18+ Menjadi putra pertama keluarga Bourge membuat Aksara Damien Bourge menjadi satu-satunya pewaris perusahaan turun temurun keluarganya. Pria blasteran Amerika-Indonesia itu memang salah satu yang paling tampan di sejarah keturunan Bo...