RUINDRA ALGIOVA

299 25 9
                                    

Dan lagi-lagi, masalah yang sama pun terjadi.

Ruindra Algiova. Pak Hadi selaku Guru Kesiswaan sendiri bahkan tak habis pikir dengan kelakuan anak yang satu ini-emosian sekali. Padahal masalah lirik-lirikan doang, tapi bisa-bisanya sampai adu tinju seperti tadi.

Di mata Pak Hadi, Rui itu tak lebih daripada anak orang kaya yang semena-mena dengan kehidupan sekolahnya. Sok keren, sok berkuasa, padahal nilainya juga pas-pasan.

Pemimpin geng katanya, tapi sama sekali tak ada wajah-wajah kepemimpinan di sana.

"Saya cukup lelah berurusan dengan kamu. Jadi jelaskan saja kenapa kamu memukul adek kelas kamu tadi, Rui." Pinta Pak Hadi dengan tegas. Matanya memasang tatapan introgasi, dan jarinya membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya itu.

Sedangkan Rui membuang wajahnya tak suka. Gigi-giginya bermain gemas, sudah mulai bosan melihat orang tua di hadapannya itu. Memangnya dia juga tak bosan apa melihat Rui? Andaikata lelah ya tak usah lagi membuat acara-acara introgasi seperti ini. Repot-repot sekali.

"Saya gasuka aja, pak." Jawab Rui seadanya.

Pak Hadi sih tidak kaget, sudah tidak heran juga. Karna sudah berkali-kali pula anak didiknya yang satu ini membuat ulah. Tukang ngerokok di belakang sekolah, tukang tawuran, tukang mukulin adek kelasnya, tukang ga ngerjain pr. Masih muda sudah produktif memang Rui ini, segala jadi tukang. Pokoknya perumpaan anak nakal lainnya deh. Tapi menurut Pak Hadi, Rui ini salah satu yang paling bandel. Semakin ditegur malah semakin ngelunjak saja anaknya.

Jika bukan karna orang tuanya yang menyogok pihak sekolah, mungkin Pak Hadi sebagai satu-satunya guru yang memegang teguh kejujuran itu sudah mengeluarkannya dari lama. Dan seharusnya Rui juga bersyukur, karna masih dibela orang tuanya seperti itu. Bayangkan saja bila bapaknya adalah Pak Hadi? Wah! Sudah habis Rui ini dihajar tiap hari.

Pak Hadi mengangguk. "Baiklah." Finalnya. Toh, mau seberapa panjang dan lebar apapun dia mengomel, tetap saja anak ini akan membuat ulah. Yang ada hanya buang-buang ludah saja nantinya.

"Saya catat nama kamu di buku ini untuk yang ke sekian kalinya."

"Sekarang kamu pergi ke UKS, obati luka-luka kamu itu. Kalau sudah selesai langsung balik lagi kesini, laporan ke saya." Kata Pak Hadi cuek sembari mengecek nama-nama anak nakal yang terpampang disana. Garis bawahi, rata-rata berisikan nama anak ini dan teman-teman satu gengnya itu.

Sedangkan Rui tak lagi berkutik. Tanpa permisi dia bangun begitu saja dari duduknya, lalu keluar dari sana.

Guru sialan. Hobinya hanya buang-buang waktu saja.

"Rui! Kamu gapapaa?"

Suara itu datang dari Reya, cewek cantik yang langsung bergelayut manja di lengan Rui begitu melihat cowok itu keluar dari ruangan.

"Gue gapapa." Balas Rui dingin sambil melepaskan tangan Reya yang bergelayut di tangannya, sementara bibir cewek disebelahnya itu langsung mengerucut sebal.

"Beneran gapapa? Kamu sih! Emosian banget jadi orang! Aku gasuka tau liat kamu mudah marah begitu!"

Cewek di sebelahnya ini juga tampak sebelas dua belas dengan Pak Hadi. Banyak omong, sok tau pula.

"Kalo gak suka gue tinggal pergi. Atau lo yang gue habisin di sini." Sosor Rui begitu frontalnya hingga membuat Reya menganga tak percaya.

"Ih bukan gitu Rui! Aku kan cuman-" Kalimat Reya tak terselesaikan saat melihat Rui telah berbelok ke arah lain dan mulai meninggalkannya sendirian.

"Loh! Rui!" Panggil cewek itu namun Rui sama sekali tak mengindahkannya, dia mengejar si cowok dengan langkah yang kecil.

"Rui!" Ia mencoba memanggil punggung besar itu lagi, namun hasilnya tetap sama. Dia diacuhkan.

RUINDRA | GOU MINGRUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang