Anak-anak SMA Pramidita kini pulang lebih cepat karna kondisi sekolah yang acak-acakan. Besok juga mereka diliburkan karna akan ada renovasi kecil di sana. Lewat lapangan, bisa terlihat bahwa anak-anak Zanggalas sedang dihukum berdiri panas-panasan sambil hormat bersama. Kecuali Xion, dia tadi sudah dibawa ke kantor polisi karna dituduh menimbulkan masalah duluan."Gila sih, lo denger ga apa yang Kak Xion bilang tadi pas diborgol sama polisi?" Tanya Hanin dengan mata yang berbinar sembari menatap cewek yang berjalan bersama di sebelahnya sekarang.
"Apa? 'Pak ampun pak! Maafin saya! Dia duluan pak!' Gitu?" Celetuk Kirana yang menghayati perannya sembari berpura-pura memohon, dan Hanin yang mendengar itu berhasil mendecak malas.
"Ga banget!" Cetus Hanin, "Katanya gini, 'Bayar berapapun kerusakannya, biar nanti papa saya yang ganti' gitu!" Sanggahnya tak terima. Ya iyalah, orang yang kelewat santai seperti Xion mana mungkin memohon-mohon seperti itu.
"Terus diriku harus how kak?"
"Up to yuh Kirana," final Hanin malas. Kirana ini memang tidak pernah ada antusiasnya bila Hanin sedanf cerita, minimal kaget atau apa gitu, menceritakan sesuatu juga kan butuh effort. Dikasih kode tidak juga mau mengerti.
"Jangan kebiasaan muji hal yang kayak gitu, nanti yang ada dia malah semakin pede ngelakuinnya," saran Kirana kepada Hanin yang berhasil membuat cewek itu merotasikan bola matanya malas. "Iya iyaa!"
"Lagian kita bisa pulang cepet juga karna dia hihi," imbuh Hanin cekikikan dan Kirana hanya menggidik geli mendengarnya. Memang sih, Kirana juga tidak bisa menutupi fakta bahwa dia sempat suka diam-diam dengan Xion pas kelas 10 dulu, soalnya dia keren. Keren banget malah, kakak kelas ter-cool yang ada di SMA Pramidita menurutnya. Tapi setelah melihat kelakuan cowok itu, Kirana jadi takut sendiri dan akhirnya perasaan itu menghilang begitu saja.
"Buset buset, ini mau sampe kapan berjemur begini? Gimane kalo kulit gue gak glowing lagi?" Salah satu anak Zanggalas mengeluh kencang yang langsung saja disoraki oleh teman-temannya.
"Glowang-glowing! Noh muka lo glowing karna keringet." Sosor Satya dari barisan paling depan. Cowok itu memang sudah badmood sendiri dari tadi. Mendumel tidak jelas, ngoceh juga. Ntah karna orang tuanya yang akan dipanggil atau mungkin kesal karna dihukum panas-panasan seperti ini.
"Pak bos! Mau sampe kapan kita di sini? Pegel banget nih." Satya mendumel dan menoleh sedikit ke arah Rui yang sejak tadi sama sekali tidak berkutik, tangan Satya yang seharusnya dipakai untuk hormat kini sudah berpindah tempat ke atas kepala, malah sengaja dipakai untuk menghalangi cahaya yang terus-terusan menggoreng wajah tampannya.
"Gue pingsan aja apa ya?" Bisik anggota Zanggalas yang lain kepada Satya, dan Satya mengangguk. "Yuk lah, gue capek njing. Panas," keluh Satya kembali.
Bahkan seluruh anggota Zanggalas kini sudah tidak lagi hormat dan berdiri tegap seperti apa yang sebelumnya diperintahkan. Ya gimana yaa, Panas, lelah, lesu, belum makan siang lagi. Kalau bukan karna Pak Hadi, mereka sekarang pasti aman-aman saja.
Rui juga, namun cowok itu hanya diam, eh tidak! Lebih ke 'sudah terlalu lelah untuk mengeluh'. Di saat-saat seperti inilah Rui paling tidak suka disenggol, Tampangnya saja sudah seperti ingin makan orang.
Rui menunduk lalu memejamkan matanya. Dia kemudian tampak meringis pelan. Sialan, dia paling tidak suka bila tiba-tiba sakit kepala seperti ini.
Matanya terasa berkunang-kunang, dia mencoba untuk memijat-mijat dahinya pelan. Tidak boleh! Rui tidak boleh pingsan di sini. Mana bisa dia pingsan di sini? Malu-maluin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUINDRA | GOU MINGRUI
FanfictionAnother Side of Zanggalas - [2nd version : XION | HE XINLONG] Ruindra, si Ketua paruh waktu ZANGGALAS yang menaruh hati saat mendapatkan perhatian kecil dari Kirana.