ANE

145 17 7
                                    

"Dikumur-kumur dikunyah-kunyah.."

"Cakep!"

"Itu yang cantik siapa namanyah?"

Kirana menunduk menyembunyikan wajahnya,  sembari berusaha untuk mengacuhkan pantun yang diteriakkan oleh tongkrongan anak-anak Zanggalas itu. Pasti sengaja untuk meledek Kirana karna ada Rui di sana.

Sejak tadi pagi anak Zanggalas memang sudah heboh soal Kirana. Mungkin mereka tau bahwa Rui sempat menembak Kirana kemarin, makanya sampai sekarang Kirana jadi bahan ledekan mereka.

Bukan hanya anak Zanggalas, hampir satu sekolah heboh sendiri mendengar itu. Tidak tau darimana, pokoknya pagi-pagi sudah ramai saja yang datang ke kelasnya untuk melihat siapa itu Kirana. Kirana bahkan sempat dikata-katai tadi. Dibilang murahan dan gak cocok untuk Rui. Padahal tidak jadian, tapi satu dunia sudah memusuhinya saja. Ntah bagaimana nasib Kirana sekarang bila ia menerima cowok itu kemarin.

"Oy pak bos, lo gamau nyamperin gitu? Sepak-sepik atau gimana gitu? Biasanya juga sat set sat set, ya gak?"

Arbas, anak Zanggalas seangkatan Xion yang sedang memakan mie ayam itu pun mengangguk dan mengacungkan jempolnya setuju kepada Satya.

Sementara Rui menyentil dahi Satya hingga cowok itu mengumpat.

"Ngomong sekali lagi, gue putusin bibir lo."

Satya Reflek memegangi bibirnya pongah dan menatap Rui dengan takut-takut. "Niat gue baik, Masih aja kena semprot," omel Satya tak terima. Memang ya, di mata Rui dia ini memang serba salah. Didukung marah, ga didukung makin marah.

"Bohong bang, bohong! orang paper bag kemaren aja dimasukin kertas sama si Satya! Ditulisin yang aneh-aneh sama dia, Makanya sampe sekarang Kirana takut, sok-sok gakenal sama lo!"

"Bangsat, si Satya!"

"Anjir! Engga boss! Suwer deh gue!"

Rui semakin dendam kesumat rasanya dengan cowok yang baru saja dibotakin ini. Tanpa aba-aba, Rui mengalungi leher Satya, lalu menariknya kuat-kuat hingga Satya tercekik.

"Lo nulis apa anjir?!"

"Engga ada boss! Gaada aneh-aneh!"

"Elah, si botak bohong. Pasti ga jauh-jauh dari yang mesum-mesum itu bang!" Sahut Alvin, adik kelasnya yang reflek membuat Satya melotot tajam.

Gila memang, punya temen satupun gak ada yang bisa diandalkan. 

"Rui, bisa ngomong sebentar?"

Laki-laki yang dipanggil barusan terdiam. Ralat, bahkan seluruh teman-temannya pun ikut terdiam dan menoleh saat suara itu terdengar. Suara lembut seorang perempuan yang tentunya sudah dikenal betul oleh anak-anak Zanggalas.

"Kali ini bisa ngomong sebentar?"

Rui memicingkan matanya kepada Ane, cewek cantik dengan bando berwarna pink di kepalanya, lalu melepas leher satya begitu saja.

"Apa?" Tanya Rui seadanya, sambil membiarkan Satya merasakan tulang-tulang di lehernya yang sakit.

"Gak disini, Rui."

Rui berdecak.

"Gue gaada waktu. Lo mau ngomong apa tinggal omongin aja disini, gausah ribet," balas Rui lagi yang membuat sang perempuan menghela nafasnya panjang.

Hatinya tentu saja mencelos sakit. Karna bukan itu jawaban yang sebelumnya Ane harapkan. Apalagi dengan nada itu, nada yang tak suka. Nada yang sebelumnya sempat terselip kehangatan dari mulut yang sama, namun sekarang tidak lagi.

Ane menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinganya sendiri, tampak berpikir dua kali untuk mengatakan hal yang ingin sekali ia katakan sejak tadi.

RUINDRA | GOU MINGRUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang