"Lo gamau, gua juga ga pulang."
Penuturan itu membuat Kirana mengerutkan dahinya tak percaya. Terus, cowok ini maunya bagaimana? Harus gitu Kirana pulang bersamanya? Kirana tidak mau, dia kan sudah diberitahu teman-temannya untuk tidak dekat-dekat dengan Rui lagi.
Lagipula apabila Kirana menerima ajakan Rui, apa Rui nanti tidak kepedean? Dan berpikir bahwa Kirana sudah mulai membuka hati kepadanya? Tidak boleh, Kirana tidak boleh memberikan Rui kesempatan untuk main-main dengannya.
"Rui, aku bisa pulang sendiri. Kamu pulang duluan aja," usir Kirana baik-baik meski berhasil menyinggung perasan Ruindra.
Rui membuka helmnya. Maksudnya apa? Apa Kirana tidak melihat betapa berharapnya Rui agar bisa bersama dengannya? Sudah kenyang sore ini Rui ditolak mentah-mentah oleh Kirana.
"Udah gua bilang, kalo lo gamau gua juga ga pulang."
"Makasih banget Rui, tapi beneran gausah."
"Udah mau malem, sebentar lagi juga ujan."
"Gapapa, bawa payung."
"Gausah ngeyel, mending sama gua."
"Gausah, ga enak."
Sialan! Sebegitu tidak inginkah Kirana bersamanya? Kenapa begitu sulit hah? Ya memang sih, mengambil hati perempuan memang butuh kesabaran. Tetapi ditolak Kirana itu rasanya hopeless banget.
Kirana sendiri sudah tak karuan dengan rasa gaenaknya. Dia paling tidak bisa menolak orang berkali-kali, tidak enak saja gitu. Biasanya kalo udah diminta berkali-kali, Kirana bakal mengalah. Tetapi apakah harus dia menerima tawaran Rui juga? Tapi Kirana tidak mau.
"Yakin lo gamau gua anter?"
Kirana tersentak lalu menatap Rui sebentar, Rui ini bisa saja bikin Kirana jadi tidak tega.
Kirana mengangguk, "Iya, bentar lagi juga busnya dateng, makasih banyak ya Rui."
Rui sontak berdecak sekaligus membuang wajahnya ke arah lain. Terpampang sekali kekesalan itu di air wajahnya, like dang man! Sakit sekali hati Rui ditolak sama Kirana. Meski tanpa ia ketahui, rasa gaenak Kirana semakin menggebu-gebu, tetapi maaf saja, kali ini dia harus gengsi. Peraturan nomor satu; tolak mentah-mentah seluruh ajakan Rui.
"Yaudah kalo gitu gua duluan," pamit Rui sembari memakai helmnya kembali.
"Gua pulang, kalo udah di rumah kabarin."
Kirana menatap kepergian Rui dengan senyuman getirnya. Ha? Apa katanya barusan? Sudah kayak orang pacaran saja suruh kabar-kabaran.
—RUINDRA
'P'
'Udah di rumah?'
'Di luar hujan petir, kalo ada apa-apa bilang aja.'
Ruindra menatap pesan-pesannya yang tak kunjung dibalas oleh Kirana sejak sore tadi. Padahal centang dua! Cewek itu sengaja atau bagaimana sih? Tinggal balas saja pesannya, setidaknya biar Rui tenang jikalau cewek itu sudah aman di rumah.
Tapi bodoamat perkara chat, Rui mau marah juga rasanya gapunya hak sama sekali. Mau datang ke rumahnya apalagi. Sekedar ingin kabar atau waktu saja tidak punya harapan. Baru juga berapa hari, tapi Rui sudah merasa putus asa.
Di kamarnya, Rui berbaring. Memperhatikan hpnya terus-terusan sambil berharap bahwa Kirana akan segera membalas pesannya.
Walaupun jarum jam sudah menunjuk pada pukul sebelas malam, tetapi Rui tetap tidak mau pesimis karna Kirana pasti hanya lupa mengabarinya. Rui kan sudah bilang tadi untuk mengabarinya jika sudah di rumah. Masa iya cewek itu lupa?
KAMU SEDANG MEMBACA
RUINDRA | GOU MINGRUI
FanfictionAnother Side of Zanggalas - [2nd version : XION | HE XINLONG] Ruindra, si Ketua paruh waktu ZANGGALAS yang menaruh hati saat mendapatkan perhatian kecil dari Kirana.