STOP

149 15 2
                                    


Rui berhenti tepat di depan pintu kamar mandi yang terbuka, memperlihatkan seorang Kirana yang tengah sibuk mencuci kain pel sambil membelakanginya.

Rui mengetuk pintu dua kali.

"Kirana," panggil Rui yang membuat Kirana tampak tersentak dan berbalik.

Kirana terkejut, matanya membulat lalu menatap ke sisi kanan dan kirinya kebingungan. Ngapain cowok itu ke sini? Ada sesuatu atau bagaimana? Kirana mulai tersenyum gugup, merasakan hawa tidak akrab yang datang bersamaan dengan suara cowok tersebut.

Kepada Rui, Kirana menunjuk dirinya sendiri seakan-akan bertanya seperti hah? Apa? Maksudnya aku?

Rui terkekeh. Merasa bahwa dirinya mendapatkan respon, cowok itu pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi, membuat Kirana semakin gelagapan tepat ketika mereka sudah saling berhadapan.

Oke! Kirana tau ini memang kejauhan, tetapi awas saja jika Rui berbuat macam-macam kepadanya, Kirana sumpahi cowok ini akan kehilangan satu kakinya.

Situasi canggung. Bukan hanya mereka berdua, namun keadaan disini juga memang sedikit sepi. Baik Rui maupun Kirana sama-sama merasakan hal itu. Dan lagi, bagi Kirana rasanya agak berbeda setiap kali mengingat bahwa Rui sempat menyatakan cintanya kemarin-kemarin. Lalu Kirana dibohongi, mungkin kecanggungan ini berasal dari situ. Semuanya baik-baik saja, tetapi Kirana selalu merasa sangat malu jika berhadapan langsung dengannya.

"Apa?" Tanya Kirana sedikit takut dan Rui tampak berpikir dahulu untuk menjawab itu.

Rasanya pun kelu untuk mengatakan apa yang sebenarnya ingin ia katakan. Jujur saja Rui sangat gugup, jantungnya tentu sudah tak karuan. Setiap kali ia berhadapan dengan Kirana, rasanya seperti jatuh hati lagi dan lagi. Biarin saja brengsek, jika benar Kirana bisa ia dapatkan, maka dia bersumpah bahwa dia akan berhenti disitu, dan tak akan lagi yang namanya main-main.

Ruindra diam, dan Kirana terus menunggu.

"Maaf," ucap Rui tiba-tiba yang membuat Kirana semakin kebingungan.

Kirana sempat menahan pertanyaannya, namun tak sadar seluruh reflek memerintahkannya untuk bertanya, "Hah? Maksudnya?" Kirana meminta penjelasan. Rui ini memang random banget ya? Setiap sikapnya suka tak terduga dan mengejutkan.

"Buat yang tadi, lo pasti liat sikap Ane ke gue."

Diam-diam Kirana terbelalak. Seluruh pergerakannya menjadi tak menentu. Siapa sangka? Ternyata Rui menyadari kedatangannya tadi. Padahal asyik sekali dengan Ane, tetapi bisa saja tau jika Kirana berada di sana.

Tapi untuk apa sebenarnya cowok ini meminta maaf? Perasaan Kirana juga baik-baik saja.

Kirana tertawa kecil, "Buat apa minta maaf? Santai aja kali, kayak sama siapa aja," balasnya menatap Rui gemas, namun Rui tak berkutik.

"Gua serius," sanggah cowok itu yang perlahan berhasil memudarkan tawa Kirana.

"Gua gamau lo salah paham," tekan Rui kembali sambil menatap Kirana lekat.

Tak ada balasan apapun. Situasi kembali canggung, cewek itu diam tanpa membalas ucapan Rui kepadanya.

"Dia mantan gua, Ane. Dan gua udah gapunya hubungan apa-apa lagi sama dia, kita—"

"Tapi perasaannya masih ada?" Tatapan penuh pertanyaan itu Kirana lontarkan bahkan sebelum Rui menyelesaikan kalimatnya.

"Iya? Engga! Maksudnya—"

"Sebenernya kamu gaperlu jelasin apa-apa, soalnya kita juga bukan siapa-siapa," kata Kirana terang-terangan. Bahkan siapapun yang mendengarnya pasti akan merasa sakit hati. Rui kaget, cowok itu mendadak bungkam. Apa maksud Kirana berkata seperti itu padanya?

RUINDRA | GOU MINGRUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang