GOMBAL

172 13 4
                                    


"Yang tadi itu ceweknya?"

Zhio menggeleng sambil fokus kepada kumpulan anak-anak Zanggalas di depan sana. Matanya menyorot tajam kepada sekumpulan orang. Zhio tidak peduli dengan Rui atau ceweknya tadi. Dia hanya memandangi Xion yang tengah bercengkrama dengan Yoga, dan seseorang yang ia kenal betul, Khaila alias mantan gadisnya.

Semua orang tau bahwa Zhio menyayangi Khaila sebegitu besar, tetapi mana ada yang tau jika selama ini Zhio hanya dipermainkan?

Mungkin hanya cowok itu satu-satunya orang yang sadar, sadar bahwa cintanya tak lain hanyalah bertepuk sebelah tangan. Namun Zhio tau, satu-satunya cara agar hubungan mereka bisa bertahan adalah menjadi bodoh. Zhio memang bodoh karna terus mempertahankan hubungan mereka dengan berharap bahwa Khaila akan segera membalas perasaannya.

Jika saja Xion tidak ada, maka perjuangan Zhio mungkin tidak akan berakhir di sini, karna Zhio pun belum ingin selesai. Salah Khaila juga karna begitu murahan hingga mau menghianatinya. Zhio dengar mantannya itu sudah jadian lagi dengan anak Cakra, Elang. Karna Xion sendiri yang mencomblangi mereka. Namun Xion sengaja. Memangnya dari sekian banyak cewek yang ia kenal kenapa harus pacarnya Zhio? Dia juga sungguh punya perasaan.

Zhio bukan tipe yang suka ngerusuh atau ribut duluan. Semua yang telah terjadi di antara Zhio dan Zanggalas adalah karna Xion. Meski dari angkatan sebelumnya mereka memang sudah ribut, ketua Gares sekarang adalah Zhio. Mereka tidak akan terpancing begitu mudah kecuali jika itu sudah keterlaluan.

Namun selain Zanggalas dan Gares, Xion dan Zhio akan menjadi musuh bebuyutan selamanya. Xion itu orang yang tenang namun berbahaya. Dia bisa menghancurkan hidup seseorang kapan saja. Zhio contohnya.

RUINDRA

Ruindra duduk sambil memperhatikan Kirana lewat tribun lapangan. Dari banyaknya murid yang duduk di sana, tak ada satupun yang menyadari bahwa cowok itu adalah Rui.

Kirana hanya tidak suka jika namanya terus-terusan dijadikan bahan gosip, dia hanya takut bahwa Rui akan mempermainkannya. Apa yang orang-orang bicarakan memang belum jelas. Rui mengerti itu, berpacaran dengan orang brengsek seperti Rui pasti tidak pernah terlintas di pikirannya.

Disamping Kirana yang terpaksa menjadi pacarnya, Rui juga mengerti bahwa Kirana butuh waktu untuk menerima Rui. Jika Kirana tak ingin melihat Rui untuk sementara waktu ini, maka Rui akan menurutinya.

Jika berbicara soal perasaan yang dipaksakan, Rui tidak bisa. Rasanya sungguh menyakitkan setiap kali Kirana mengacuhkan tatapannya, meski kesannya Rui memaksa cewe itu, setidaknya cowok itu tahu bahwa dia harus peka dan memberi waktu kepada Kirana untuk bisa menerimanya sungguh-sungguh.

"Udah belum sih? Kantin aja yuk lah, panas," keluh Satya kepada cowok di sebelahnya itu.

"Duluan, gua masih betah," sahut Rui kalem sementara Satya langsung memutarkan bola matanya malas.

"Buset dah, the real akan kuarungi panas terik demi ayang."

Rui tak mengindahkan cercaan dari temannya tersebut, matanya terus mengarah kepada gadis yang sejak tadi tampak serius membersihkan lapangan bersama dengan teman-temannya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak PMR seperti mereka jauh lebih diperbudak daripada anak OSIS.

"Lo pengen ke kantin?" Tanya Ruindra sambil memicing sedikit kepada Satya.

"Udah lo ngeliatin dia?" Tanya Satya balik, tak yakin bahwa pertanyaan Rui barusan adalah kode bahwa Rui telah puas memperhatikan cewek itu.

"Belum." Rui menggeleng, nah kan apa kata Satya juga. Bukan Rui namanya jika dia berniat pergi sebelum Kirana selesai. Bodoh-bodoh begini, Satya sudah hatam sekali dengan temannya yang satu itu.

RUINDRA | GOU MINGRUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang