GARES

144 17 12
                                    


"Rui, Anak GARES dateng lagi. Nyariin bang Xion sambil teriak-teriak minta gerbang di bukain."

Rui yang tengah menghisap rokok di gudang sekolah itu lantas terkekeh mendengar penuturan dari salah satu anak buahnya yang baru saja datang.

"Bilangin, bang Xion gaada. Dia gamasuk hari ini." Titah Rui acuh, namun anak buahnya itu menggeleng.

"Udah gue bilangin tadi, tapi masih aja ngebet." Katanya.

Rui benci sekali saat seseorang mengganggu waktunya. Dan anak laki-laki di SMA Pramidita juga pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Gares, Geng dari sekolah sebelah yang paling senang berurusan dengan Zanggalas.

Dari angkatan yang sebelum-sebelumnya, Zanggalas dan Gares memang terkenal tidak pernah akur. Dari dulu pun sudah menjadi adat mereka untuk saling bertengkar. Ntah itu masalah sepele, masalah besar, masalah cewe, pokoknya apapun itu pasti ujung-ujungnya tawuran.

Khusus untuk angkatan Xion, cowok itu memang sudah ada dendam pribadi tersendiri kepada Gares—terutama ketuanya. Dan jika Gares sudah datang ke kandang mereka seperti ini, maka bisa dipastikan bahwa Xion telah melakukan sesuatu. Karna bagi cowok itu, hidup ini tidak seru bila ia tidak menjahili orang yang ia benci. Xion pasti telah membuat onar di wilayah rival-nya tersebut.

"Gimana Rui?" Rui menghembuskan asap rokoknya dengan tenang kembali. "Gak gimana-gimana. Suruh aja dateng pas bang Xion nya ada."

Sontak, satu gudang yang dipenuhi oleh cowok-cowok itu saling bertatapan. Apa ini? Zanggalas menolak tamu? Apa Rui sudah gila hingga menyuruh Gares pergi tanpa diajak masuk terlebih dahulu?

"Kok gitu sih anjing?! Seenggaknya gertak sedikit lah!" Solot Razey, Anggota inti seangkatan Xion yang tak terima dengan keputusan Rui barusan. Ya iyalah, kalau begini Zanggalas bisa dianggap cemen nantinya.

Seperti yang diajarkan oleh Xion, jika Gares sudah datang ke sini, setidaknya mereka harus kotor sedikit saat pulang nanti, itu yang dikatakannya. Selama ini Zanggalas tidak pernah mengecewakan. Catat, tidak pernah membiarkan orang asing datang lalu pergi begitu saja tanpa luka, karna itu adalah ciri khas mereka. Kalo kata Xion, Zanggalas harus selalu kuat, harus selalu berhasil membuat orang lain kapok.

"Udahlah pak bos jangan banyak mikir! Kita gaskeun aja hayuk! Lagian kalo bang Xion gaada kita kan masih punya lo." Timpal Satya yang juga tak terima bila harus membiarkan Gares diusir begitu saja. Tawuran dulu lah! Itu baru yang namanya anak geng! Satya kan masuk Zanggalas buat keren-kerenan, kalo tawuran gitu kan biar bisa dikata hebat sama cewek-cewek.

"Gaperlu. Masalah mereka sama bang Xion, bukan sama kita." Dan itu membuat seluruh anggota Zanggalas di sana reflek bersorak tak terima.

Mungkin hampir semua dari mereka berpikir bahwa Rui ini tidak solid. Karna pada dasarnya, mau siapapun yang bermasalah jika bisa dilewati bersama ya dilewati bersama. Pastinya satu geng yang harus maju. Zanggalas tidak pernah seperti ini sebelumnta. Bagi mereka, Rui telah membuktikan bahwa dia egois sebagai seorang ketua. Ya namanya juga baru, jadi belum belajar ilmu-ilmunya.

Dan Rui tidak tuli. Telinganya pun terpasang dengan baik sejak tadi. Ia mendengarkan keluh kesah yang disorakkan oleh anggotanya ini, hanya saja Zanggalas sudah terlalu sering dibimbing dengan kata 'gaskeun' oleh Xion. Sekali-kali geng ini tidak boleh gegabah, Rui juga memikirkan orang-orang yang ada di dalam bila mau membiarkan mereka masuk.

"Apa-apaan lo Rui?! Baru juga jadi ketua udah seenaknya ngusir-ngusir Gares. Harga diri Zanggalas nanti dimana anjing?!" Salah satu dari mereka berteriak, dan langsung diangguki oleh anggota-anggota yang lain.

"Yang bener dikit lah! Mau bermasalah sama siapapun kalo dia anak Zanggalas ya kita ladenin sama-sama!" Sahut lainnya yang membuat suasana semakin panas.

RUINDRA | GOU MINGRUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang