RACE AND PARTY'S

156 17 3
                                    

Deru motor kini memenuhi satu stadion yang telah di sewa dari jauh-jauh hari oleh Xion untuk balapan. Iya, balapan. Buat anak geng, rasanya tidak afdol bila mereka belum balapan. Dan berhubung malam ini adalah malam ultahnya ketua ZANGGALAS angkatan ke-6 tersebut, maka hitung-hitung dijadikan pajak ultah sama anak-anak SMA Pramidita dan Adiraga.

"Gue denger jago juga balapan lo sama anak-anak CAKRA kemaren."

Rui lantas menoleh ke cowok bermotor yang baru saja sampai di sebelahnya.

"Kenapa? Takut lo?" Tanya Rui menantang, disertai senyuman licik dari balik helm full-face yang ia kenakan. Tak jauh-jauh juga dengan cowok di sebelahnya tadi, Elang—dia juga ikutan mendengus geli karna kesombongan cowok yang akan menjadi lawannya sekarang.

"Takut? Gue ga se-ambis lo, Rui. Gue gapernah takut sama yang namanya menang atau kalah." Balas Elang tak kalah percaya diri, dia lalu menatap adrenalin di depannya dengan bangga.

Jika di SMA Pramidita ada ZANGGALAS, maka anak-anak Adiraga juga punya CAKRA. Salah satu anggotanya adalah Elang, ralat—dia bahkan sudah diangkat menjadi pemimpin baru-baru ini. Makanya, balapan kali ini akan sangat menyenangkan karna ada dua orang dari status yang sama menjadi pesertanya.

Satu, dua, tiga! Peluru itu ditembakkan ke langit hingga membuat seisi stadion bergemuruh. Dengan cepat, keduanya menarik stang motornya dengan kuat dan melaju begitu saja. Sama-sama kencang, sama-sama keren. ZANGGALAS dan CAKRA memang sama-sama hebat, mereka juga berteman baik, makanya anak luar harus berpikir dua kali dulu jika ingin menyenggol salah satu dari mereka. Soalnya, jika salah satunya bermasalah, maka satu yang lain akan ikut turun tangan.

"Anjing, kok lo mulai tanpa gue Yon?!"

Suara itu mengejutkan Xion dan anak-anak buahnya yang sejak tadi menonton balapan dari atas tribun. Xion lalu berbalik, mendapati Yoga—Ketua CAKRA seangkatannya yang baru saja sampai bersama dengan inti CAKRA yang lain.

"Oy bro." Sapa Xion lalu mengadu kepalan tangannya dengan kepalan tangan Dinar. "Lo lama. Pesta gue sebentar lagi mulai." Kata Xion.

"Sorry bang Yon. Kita tadi nungguin si Aceng minta izin sama mamanya. Lama banget nih anak, ditinggal juga kaga mau." Celoteh Aji menunjuk anak baru kelas sepuluh itu. Dan yang namanya Aceng pun hanya bisa garuk-garuk kepalanya gugup. Mukanya masih polos memang, vibes-vibes anak strict Parents.

"So, Apa hadiahnya?" Tanya Yoga yang kini ikut bersandar pada pembatas Tribun di sebelah Xion, sedangkan Xion terkekeh.

"Cewek paling cantik di pesta gue nanti, Khaila."

—RUINDRA

"Duh, Hanin angkat dong." Cemas Kirana menatap layar hp nya. Dirinya sekarang sedang berada di Rumah Sakit, lebih tepatnya di ruangan bagian rawat inap.

Bukan, bukan dia atau keluarganya yang sedang sakit— melainkan ibunya Hanin. Sedari tadi Kirana mencoba untuk menelpon Hanin, namun nihil karna seluruh panggilannya di tolak. Cewek itu pasti sedang mabuk-mabukan di kediaman pesta kakak kelasnya tadi. Sudah berkali-kali Kirana bilang untuk menjaga ibunya saja di rumah, tetapi memang Hanin ini anaknya bandel, jadi selalu tutup telinga bila ada yang menasihatinya.

"Kak Kirana, Kak Hanin masih belum bisa di hubungin ya?" Dan pertanyaan itu datang dari adik bungsunya Hanin, Azam. Seketika Kirana tersenyum getir dan menyimpan hp nya ke dalam tas, kemudian mendekati Azam yang duduk setia di sebelah kasur ibunya.

RUINDRA | GOU MINGRUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang