Bab 06.

101 26 76
                                    

Assalamualaikum all

Bagaimana hari kalian?semoga menyenangkan ya?

Saya mau buat cerita,dan ini hanya fiktif belaka jadi jika ada kesamaan maka itu hanya sebuah kebetulan!

No plagiat!

"BAGAIMANA BISA ARDIVA BISA MASUK RUMAH SAKIT,PRIMA BUKANKAH KAU YANG BERSAMA DIRINYA DITOILET"amarah gurunya saat ini sangat memuncak

"B-Bbu saya memang sama ardiva saat itu kita sama-sama ke kamar mandi,tapi saat saya keluar ardiva sudah tergeletak dilantai wastafel bu,prima juga gatau"Prima sengaja berbohong karena jika guru tau yg sebenarnya maka masalahnya akan lebih rumit dan brian akan semakin mencelakakan ardiva

"Iya bu saya juga lihat ardiva pingsan, mungkin kami pikir dia terpeleset setelah keluar dari kamar mandi bu!"sahut aura

"Baiklah,ibu akan memanggil orang tuanya"

"T-tunggu Bu,orang tuanya sedang berada diluar kota mustahil kita memberi tahukan orang tuanya juga tidak bisa datang Bu"elak prima

"Baiklah ibu akan memberitahu brian diakan kakaknya!"

"Em brian sudah tau bu sekarang dia sudah pergi ke rumah sakit bersama dziki Bu"sahut aura lagi

"Baiklah kalau begitu sekarang kalian masuk kelas dan lakukan tugasnya kita hanya bisa menunggu hasil laporan rumah sakit terkait ardiva"

"B-baik Bu"

Prima dan aura keluar dari ruangan guru,mereka mendapatkan tatapan yang tidak menyenangkan dari siswa/siswi lain.Berita ardiva kini sudah tersebar dimana-mana namun,Reva ya gila dziki itupun tersenyum tipis seakan-akan dia begitu senang melihat ardiva masuk rumah sakit

"Kasihan ya sahabatnya lagi sekarat dirumah sakit!"ucapnya menekan

"Eh jaga ya mulut lo,lo senangkan ngelihat ardiva kayak gini istilah lo kan ga suka ngeliat dziki dekat-dekat terus sama ardiva.Kenapaa ga senang Lo!"

"LIHAT AJA KALIAN!"


"Udah ahg prim,malass ladenin tikus yang taunya cuma ngutip makanan yg sudah dibuang"ujar aura lekas pergi meninggalkan Reva yang terdiam karena memanas

■■■■■

"Pasien baru sus?"tnya bima

"Iya dok,dia mengalami benturan dikepala saat ke toilet!"

"Masih SMA?"

"Iyaa kayaknya dok"

Ardiva kini masuk ke dalam ruangan rawat,dan dokter masih memeriksa keadaannya.Dziki dan pak Haris hanya bisa menunggu laporan kondisi gadis itu,remaja itu berjalan khawatir dan mengacak-acak rambutnya,sungguh prustasi dirinya melihat ardiva berada didalam."Sudah tidak apa-apa nak?"

Kelang 10 menit,dokter berbadan tinggi dengan kacamata bening keluar untuk memberitahukan kondisi pasien saat ia periksa."Kalian dari keluarganya?"

"Iya saya gurunya dok, bagaimana kondisi murid saya?"

"Kondisinya saat ini Alhamdulillah tidak parah pak,hanya mengalami benturan sehingga tulang kepalanya mengalami retakan kecil dan lebam yg cukup mendalam"

"Apakah itu masih bisa disembuhkan dok?"

"Alhamdulillah bisa pak,dia hanya cukup melakukan terapi setiap Minggu dan mudahan retakan itu bisa menyatu kembali saya akan beri resep dan bapak bisa tembus diapotik"

"Terimakasih dok"

Dokter itu pergi meninggalkan pak Haris, terlihat dziki sudah deluan masuk sebelum pak Haris dan dokter itu masih berbicara tentang kondisinya.Gara Brian brengsek memang ini-_-

"Apa kata dokter pak?"tnya dziki

"Tenang nak,dia hanya perlu terapi dan minum obat tepat waktu"

"Semoga ardiva lekas sembuh ya pak?"

"Bapak urus administrasi dulu,kamu jagain dia ya?"

"Iya pak"

Tanpa sengaja bima masuk keruangan nomor 13 yg dimana ia salah masuk kamar. melihat perempuan yg terbaring lemah,ia merasa mengenal sosok perempuan itu walaupun kepalanya dibaluti perban dan alat pernapasan

Bima mendekati gadis itu, sedangkan dziki melihat dengan tatapan bingung.pria itu langsung melihat data gadis itu tempat tidur dimana nama ardiva tertulis bersamaan dengan usianya.Bima terkejut dan memegang kedua bahu gadis itu dengan kuat tak percaya bahwa itu benar-benar ardiva.ia berteriak namun tak ada jawaban sama sekali sehingga dziki melihatnya merasa tidak senang bagaimana mungkin seorang dokter berperilaku seperti itu!

"BANGUN...DIVV BANGUNN INI BENARAN LO"

"DIVA...BANGUNNN"

"Permisi anda siapa?"tnya dziki menghentikan aksi bima yang masih stay membangun ardiva.Bima menarik kerah baju dziki membuatnya laki-laki tersontak kaget lalu memberontak,Pak Haris yg membuka pintu kamar ardiva jg sangat terkejut dan memisahkan mereka berdua."Ada apa ini?"lerai pak Haris

"KENAPA ARDIVA SAMPAI JADI SEPERTI INI HAH"Ucapnya tegas membuat keduanya terdiam membisu."Apa dokter mengenal murid saya?"

"S-saya sahabatnya!"

"Sahabat??"Lirih dziki

"I-iyaa saya sahabatnya,tadi pagi saya mengantarnya sekolah lalu kenapa ardiva bisa jadi seperti ini?"tnya bima lagi namun tak ada respon dari keduanya."AKU TAHU,PASTI INI ULAH BRIAN!BAJINGANN LO BRIAN"

"Mohon maaf sebelumnya dokter,ini hanya salah paham ardiva hanya terpleset diwestafel sekolah makanya menjadi seperti itu"

"BOHONG!SAYA TIDAK PERCAYA"

"P-pak Haris bisa tinggalkan kami berdua dsini,saya mau berbicara sama dokter pak"izin dziki,pak Haris hanya mengangguk dan pergi."Gua Ferdziki Gravata,temannya ardiva"

Dziki menjelaskan secara terperinci alasan mengapa ardiva bisa masuk rumah sakit.Terlihat wajah bima sudah memerah dan memanas,dziki hanya bisa menenangkan bima dan menyabarkannya,ardiva memang jatuh ditangan orang yg salah

"KURANG AJAR!"

Thanks all.

Semoga suka ya

Vote komen dan likenya jangan dilupain wkwk.

Wassalam.

 NEW FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang