would it be? 5

2.6K 139 16
                                    

Sanemi terbangun dari tidurnya, diamatinya wajah Giyu yang masih tertidur dengan nyenyak. Terukir sedikit senyum di ujung bibir Sanemi melihat Giyu yang tertidur dengan mulutnya yang dimajukan kedepan seolah sedang ngambek. Ntah apa yang dipikirkan oleh bocah pendek satu ini.

Setelah sedikit lama mengamati wajah lucu itu, Sanemi mengecup pipi Giyu lalu keluar dari kamar, ia berjalan kearah dapur, mengambil apron dan mulai memasak. Ia memaklumi Giyu yang masih tertidur, toh juga lusa kemarin malam mereka habis melakukan olahraga malam yang cukup menguras tenaga.

Sesekali Sanemi tertawa, mengutar kembali masa SMA-nya degan Giyu. Lelaki bersurai biru itu bahkan lebih bawel dulunya, beruntungnya Sanemi sabar menghadapi lelaki pendek yang sekarang bernotabene menjadi kekasihnya.

.....

"Heh! Lo! Lo kan yang ambil penghapus gue?!" Baru saja memakan gigitan pertama dari rotinya, kegiatan Sanemi langsung terhentikan oleh kelaukan bocah pendek dengan muka marahnya, sembari menunjuk-nunjuk Sanemi.

Sanemi yang dituduh langsung mengerutkan mukanya, seolah-olah berfikir

'siapa manusia pendek ini?'

'emang gue ada ambil penghapus? gue kan ngehapus pake karet'

Bocah ber-nametag "GIYU" itu kembali memukul meja belajar Sanemi.

"Ditanya tuh jawab, Tolol!" Sanemi langsung berdiri dari tempatnya, dapat terlihat dari gerakan sanemi yang mendongak ke atas dengan wajah marahnya, nyatanya bocah cilik itu sadar tinggi mereka yang sangat berbeda, walau demikian nyalinya tak pudar.

"Jangan asal tuduh" Wajah Sanemi mengerut walau suaranya tetap terdengar halus ditelinga Giyu. Giyu menempatkan keduantangannya di kedua sisi pinggangnya.

"Heh! jelas-jelas yang daritadi duduk disamping gue itu elo!" Ucap Giyu tak terima. Wajah Sanemi sedikit menunjukan aura terkejut.

'gue? samping-sampingan sama curut ini? kapan?' Wajah Sanemi terlihat berfikir keras mengenai pernyataan yang diucapkan Giyu.

"Pura-pura lupa kan lo?! Balikin ish!!" Muka bocah pendek ini semakin kesal karena wajah Sanemi yang membuatnya kesal.

"Apaan dah? gaada, bawel."

"Gaada apanya?! kalo lo gaada nyuri penghapus gue ya udah pasti tu penghapus masih ada sama gue!!" Wajah Giyu semakin memerah, diikuti dengan ekspresi wajahnya yang ikut menjengkelkan.

ingin hati Sanemi tertawa melihat muka konyol itu, tapi sadar jika ia tertawa, bisa-bisa curut ini menangis atau lebih parahnya, dirinya digebukin.

"Heh pendek, udah gue bilangin gue gaada nyuri."

"Terus penghapusnya dimanaaa?!" Giyu menghentak-hentakan kakinya, merasa kesal dengan Sanemi.

Mata Sanemi melihat disekitar kelas, baru saja ia melihat, ia sudah mendapatkan letak penghapus itu yang ternyata terjatuh dibawah meja Giyu sendiri.

"Lah itu?" Sanemi menunjuk penghapus tersebut.
Dengan cepat Giyu mengambil penghapus tersebut.

"Gitu kek daritadi! Awas lo nyuri lain kali"
Bocah pendek itu langsung pergi saja tanpa bilang terimakasih ke Sanemi.

Sanemi terdiam dengan wajah jengkelnya.

....

Masih tak habis pikir bagaimana dirinya bisa menumbuhkan rasa sayang pada Giyu, padahal dulunya layaknya air dan api. Waktu terus berjalan, setiap waktu Sanemi remaja semakin penasaran dengan Giyu yang bawel.

Giyu yang merasa bawelnya tidak dipermasalahkan pun merasa senang untuk dekat dengan Sanemi. Siapa yang tahu seorang bawel bisa menjadi kekasih dari orang yang seperti Sanemi?

.....

"SANEEE!!" Mulai lagi, kalo holenya udah baikan, bawelnya muncul lagi. Sejenak Sanemi menghela nafas karena sudah tau hal yang akan terjadi.

"Yaaaa, kenapa Yu??" Sanemi mengaduk-aduk masakan yng dimasaknya, langkah kaki Giyu yang mendekat terdengar di telinganya. Lelaki bersurai biru itu memeluk Sanemi dari belakang.

"Laper" Adu Giyu dengan pout lucunya, melihat wajah memelas itu Sanemi tertawa kecil.

"Iya sayangg, lagi dimasak ini" Sanemi membiarkan masakannya sejenak, ia menaikan Giyu ke meja yang berada di dekat kompor. Diciumnya kening Giyu sambil kembali beralih ke masakan yang tadi dibuatnya.

"Buruan, laper nih" Bukannya menoleh kearah Giyu yang cemberut, Sanemi malah sibuk membuka pisang untuk mengganjal perutnya.

"Orang bawel ga disayang Sanemi"

"Kalo ga peduli ya aku tinggalin, ngapa-" Mendadak Sanemi menutup mulut Giyu dengan pisang yang baru saja ingin ia gigit.

"Udah-Udah, makan ya? jangan bawel" Sekilas Sanemi terlihat panik, padahal Sanemi tau itu hanyalah bualan Giyu semata.

Terlihat bocah pendek itu sedang tersenyum dengan mulutnya yang penuh dengan pisang. Ia melihat dengan jelas wajah panik Sanemi yang langsung buru-buru menyiapkan sarapannya.

Dengan cepat Sanemi menata posisi makanan untuk sarapan keduanya, dipindahkannya Giyu ke kursi makan, keduanya mulai memakan makanan yang telah disediakan.

Giyu terlihat menikmati makanannya, terlihat jelas dari gerakannya yang terlihat lahap. "Pelan-pelan makannya, masih banyak juga kok makanannya, gaada yang mau ngehabisin" Sanemi memperingati Giyu dengan lembut.

"Sane,  aku udah selesai makannnn" Giyu tersenyum lebar, menampakan deretan gigi putihnya yang tersusun rapih, sejenak Sanemi menghela nafas.

"Kamu udah 20 tahun, kelakuannya kayak umur lima" Tangan kekar itu meraih wajah Giyu dan mencium pinggiran bibir Giyu, menghilangkan sisa makanan yang tadinya menempel didekat bibir Giyu.

Giyu terdiam, merasa geli dengan kelakuan Sanemi yang blak-blakan. Giyu tertawa kecil sambil menjitak jidat Sanemi. "Modus!" Tawa kecil itu masuk ke telinga Sanemi dengan lebut, yang membuat pendengarnya pun ikut tertawa.

Sanemi menatap wajah Giyu dengan penuh kasih sayang walau terkesan serius, ia mengecup pipi Giyu pelan lalu berbisik

"Even the sun cant replace your light and your warmth when youre by my side, Giyu"

Sanemi meraih tangan Giyu dan menggenggam tangan kecil itu erat-erat. Ia meletakan kepalanya di bahu Giyu.

"Please, promise that you wont ever leave me, Giyu.." Suara Sanemi terdengar serak, pegangannya semakin kuat pada tangan Giyu. Giyu menoleh ke arah bahunya, ditaruhnya tangannya disurai putih milik Sanemi.

Surai putih nan lebut harum mint itu dielus dengan lembut oleh Giyu sambil tersenyum manis, lalu mengecup kepala itu pelan.

"Ngga, Yu ga bakal tinggalin Sanemii"

Sanemi giyuu are terribleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang