Sabito sedang menikmati treatment es di wajahnya yang penuh dengan memar bekas bogeman Sanemi. namun tiba-tiba ia mendengar teriakan kencang dari kamar Giyu, suara berat khas yang sangat ia kenali, Shinazugawa. Mungkin kalau Sanemi lupa, ini adalah rumah sakit tempatnya bekerja, dan mungkin kalau Sanemi tau, ini adalah rumah sakit tempat Giyu dulu sering mengecek kondisi kandungannya. Suara berat yang menggema itu mengejutkan dirinya yang duduk di meja piket, tak jauh dari kamar Giyu. Dengan panik akhirnya ia membangunkan teman di sampingnya, mendorong pria setengah tidur itu untuk bergegas pergi ke kamar Giyu, tentu tak lupa dengan antek-anteknya.Marah? Tentu Sabito marah, tapi menjaga dan menolong temannya adalah sikap balas budinya terhadap Sanemi yang dulu sempat menolongnya dari kecelakaan hebat. Sabito tak mau turun tangan mengurusi Giyu karena ia pikir lebih baik ia menjauhi diri dari Sanemi dan menunggu semuanya reda ketimbang ia menangani Giyu dan terjadi kecemburuan atau bahkan salah paham diantara keduanya. Besides, matanya yang bengkak bekas bogeman cantik ini sedang terganggu dalam penglihatan.
Ia hanya mengawasi Sanemi dari jauh, sesekali ia berdiri dari kursinya dan mengecek apa yang anak itu perbuat. Dasar tak sabaran, ia mengetok-ngetok pintu kamar dan menganggu kinerja Dokter. Benar-benar tak sabaran dan keras kepala, beruntung saja ia punya hati yang baik. Minusnya memang sifatnya yang blak-blakan dan tidak dapat mengontrol emosi. Sabito kembali duduk dan memainkan handphonenya.
20 menit kemudian ia kembali mengecek Sanemi dari jauh dan mendapati tubuh itu tertidur- dengan posisi yang aneh. Wajah sabito mengkerut hebat, apa ada manusia normal yang tidur sampai kepala ada di lantai? Atau jangan bilang manusia itu pingsan?? Sabito mendekati tubuh itu perlahan dan mengamatinya, bocah ini pingsan. Sabito langsung memanggil suster yang berada disekitarnya agar membantunya membopong badan berat ini. Merepotkan, tapi ini adalah suatu hal yang harus ia lakukan.
Setelah dianalisa, Sanemi mengidap anemia ringan karena pola hidupnya yang belakangan tidak teratur. Terlihat dari kantong matanya yang menghitam, dapat disimpulkan ia kurang tidur. Memang nyata, sekalipun tidur ia pasti tertidur dibawah pengaruh alkohol. Untuk makan? ia tak pernah menyentuh masakan rumahan Giyu semenjak dirinya mengangkat kaki dari rumah, menggantikannya dengan makanan instant yang dapat dipanaskan di microwave kantor.
•••••••••••••
Sanemi melihat dengan jelas bagaimana dokter yang menangani Giyu menggelengkan kepalanya pelan sembari berbisik kecil, meminta maaf tanda nyawa Giyu memang tak bisa terselamatkan. Menyisakan bayi dalam kain putih yang lahir dengan kulit kemerahan. Sanemi menggendong tubuh kecil itu sebelum akhirnya ia menangis terisak atas apa yang telah terjadi. Impiannya mengurus anak bersama Giyu telah luput termakan waktu, menyisakan kenangan di masa lalu. Ia lalu masuk keruangan Giyu, seluruh badannya ditutupi kain putih terkecuali kepalanya. Bibir kecil yang seharusnya berwarna pink cerah itu kini pucat, Sanemi meletakkan bayinya di samping kasur Giyu.
Tangan kekar itu beralih mengelus wajah dan rambut Giyu, menangkupnya lembut. Ia mencium dahi Giyu, menangis disana. "Please, look at me.." Sanemi memohon. "There's no final kiss of us? Any words? Talk to me, Yuu.. it hurts me.."
"Giyu, talk to me.." Tubuhnya melemah, seakan-akan tak sanggup untuk menopang beban dirinya sendiri.
"Bangun"
"Bangun sayang.."
•••••••••••••
Cahaya seakan-akan menyoroti matanya yang lengket antar kelopak satu dan yang lain. Kepalanya pening bukan main, dunia terasa seperti sedang mempermainkan dirinya saat ini. Apa yang terjadi?
"Sayang.." Suara tangisan ini.. membuat Sanemi bernafas lega. Suara yang sudha lama tak ia dengar, akhirnya kembali memanggilnya seperti sedia kala. Matanya perlahan-lahan terbuka, cahaya lampu memasuki retinanya, membuat kepala pusing.
Pandangannya buram, tapi pendengarannya dapat mendengar jelas ada tangisan bayi disana. Sanemi menarik sedikit senyumnya, wajahnya terasa kaku. Matanya menangkap objek biru yang disayanginya sedang menggendong bayinya. "Sanemi...." Tangisnya. Dipojok kamar dapat Sanemi lihat ada pria berambut oranye, yang lain tak lain adalah Sabito.
"T-tomio.. ka" Ucapnya tertatih-tatih.
Tuhan, terimakasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/319157834-288-k295253.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanemi giyuu are terrible
Fantasysanemixgiyuu Giyu tersenyum kala melihat Sanemi, berharap bahwa suatu saat nanti akan ada kehadiran anak diantara mereka yang akan membuat rumah tangganya lebih hangat. Tapi sayang kepalang sayang, banyak kejadian menyedihkan yang harus ia lewati, m...