sanemi-san? 6

2.5K 147 57
                                    

"Yuuuu"

"Giyuuuuuuuu"

"Yangggg"

"Sayangggggg"

"Hunn" Panggil Sanemi dari ruang keluarga, mukanya bete karena sedaritadi dirinya dicuekin Giyu yang sedang fokus memasak di dapur.

"Hunnnnnny!!" Sanemi semakin resah dibuatnya, sedaritadi panggilannya seolah tak ada artinya bagi Giyu. Bocah pendek itu terus saja sibuk dengan urusannya sendiri.

Sanemi menggeliat kepanasan diatas sofa, merasa resah dengan sikap Giyu. Di datanginya Giyu, Sanemi memeluk bocah itu dari belakang dan meletakan kepalanya diceruk leher Giyu.

"Kenapa aku dicuekin?" Pipi Sanemi mengembung diikuti dengan bibirnya yang maju layaknya Giyu ketika ngambek.

"Ih kesel ah!!" Sanemi menghentak-hentakan kakinya, menunjukan muka kesal itu kepada Giyu. Mendadak Giyu mengeluarkan tawanyang sedaritadi ditahannya.

"Apaan sih kamu?" Tawa Giyu diikuti dengan pukulan pelan dibahu Sanemi. Sanemi lantas ikut tertawa, melihat wajah Giyu yang tertawa membuatnya ikut merasa bahagia.

"Jangan cuekin aku kayak tadi, Yuu" Sanemi kembali menaruh kepalanya di ceruk leher Giyu, ia menghela nafas disana. Giyu tertawa kecil lalu mengelus surai putih itu.

"Iya bawell" Giyu mengaduk masakannya kembali, Sanemi langsung menjitak kepala Giyu karena menyadari sesuatu yang janggal.

"Itukan dialog aku..?"

Belum juga Sanemi memprotes lebih lanjut, tiba-tiba handphonenya yanh berada di ruang tamu berdering. Matanya langsung melihat Giyu dengan aura panik, belum juga berkata-kata, Sanemi langsung pergi kearah ruang tamu dan meraih handphonenya.

Giyu menatap Sanemi dari kejauhan dengan perasaan khawatir, pasalnya ia tahu nada dering ini bukan nada dering biasa, ini nada dering yang dibuat khusus tanda telephone dari bos Sanemi.

Bisa Giyu lihat ekspresi Sanemi yang kian berubah, Sanemi mengitari ruang keluarga sambil mengepalkan tangannya, pria itu nampak tidak tenang dengan kabar yang telah didengarnya.

Giyu mematikan kompor dan berjalan ke arah Sanemi. Diraihnya tangan kekar itu dan ia mendudukan Sanemi di sofa. Ia duduk disamping Sanemi, merengkuh badan kekar itu didalam rengkuhannya.

Dapat Giyu dengar ocehan bos Sanemi yang kian membludak, tentang pekerjaan Sanemi yang menurun. Saham dana bermasalah, investasi tidak lancar dan segala macam. Sanemi kian berkeringat, merasa resah dengan ocehan bosnya yang semakin lama menjatuhkan mentalnya.

"San.." Baru saja dipanggil Giyu, tiba-tiba Sanemi langsung melepas rengkuhan Giyu dan pergi ke ruangan kerjanya. Sanemi bahkan menutup pintu ruang kerjanya dengan kasar seolah tak lagi mempedulikan Giyu.

Giyu terdiam disofa, melihat pintu kerja yang Sanemi banting dengan perasaan kosong. Nyatanya, dari sekian lama Giyu hidup dengan Sanemi, baru hari ini dirinya melihat Sanemi seolah menolak perhatian yang dicurahkannya.

Mendadak Sanemi kembali membuka pintu kerjanya dengan kasar, nampak terlihat dirinya sudah bersiap dengan jas kantor dan tas kerjanya. Telepon dengan bosnya masih setia ia genggam dan didengar walau mukanya terlihat penuh emosi.

Giyu langsung pergi menghampiri Sanemi dengan perasaan khawatir yang terlihat dari arus wajahnya.
"Sanemi-san?" Giyu mendongak keatas, menatap Sanemi yang masih sibuk dengan dunianya sendiri.

Sehabis memakai sepatu, pria berbadan kekar itu langsung bergegas keluar tanpa pamit pada Giyu.
"Sanemi-san!" Giyu memeluk Sanemi dari belakang, dihirupnya kembali bau mint yang sudah menjadi ciri khas Sanemi.

Badan kekar itu terdiam hingga akhirnya telephon itu kembali berbunyi, Sanemi langsung bergerak melepaskan pelukan Giyu dengan kasar hingga badan kecil itu terlempar ke belakang.

Sejenak, mata ungu bercampur sedikit keabu-abuan itu menatap Giyu dengan perasaan khawatir, tapi dengan cepat pikiran Sanemi mmbawanya pergi tanpa sepotong kata maaf yang terucap dari bibirnya.

......

Di meja makan Giyu termenung, dilihatnya ruangan disekeliling, setiap ruangan dari rumah ini punya memori masing-masing dengan Sanemi. Mengingatnya kembali secara sadar maupun tidak, membuat Giyu merasa sakit, mengingat terjadinya kejadian tadi pagi.

Badan Giyu terlentang di sofa, dengan posisi kedua tangan yang menutup bagian wajahnya. Tak pernah terlintas dibenak Giyu bahwa Sanemi bisa menjadi seperti ini.

"Please, promise that you wont ever leave me, Giyu.." Suara serak Sanemi nan pegangan tangan yang erat pada telapak tangan Giyu kembali terlintas, baru saja kemarin Sanemi meminta Giyu agar tidak pergi, tapi sekarang malah kebalikannya.

Mendadak perut Giyu menjadi mules memikirkan apa yang telah terjadi, Giyu langsung berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Kepalanya terasa berat diikuti badannya yang melemas.

......

"Keadaan gue gapapa, Sa?" Mata Giyu terlihat sayu lemas, badannya yang lunglai menggambarkan semuanya.

"Sendiri saja datang kesini?" Sang dokter alias Sabito, menatap komputer didepannya dengan serius seolah sedang mencataat sesuatu yang penting disana. Tapi sedetik setelahnya ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap Giyu dengan serius, meminta jawaban yang pasti dari teman semasa kecilnya ini.

"Jangan banyak pikiran, makan yang banyak, jangan makan nanas dan jangan minum alkohol"  Sabito melihat Giyu dengan tatapan serius, Giyu memiringkan kepalanya seolah berfikir kenapa dan apa yang terjadi pada dirinya.

"Emang saya kena asam lambung?"

"Kandunganmu usia 5 hari, Yu"

Sanemi giyuu are terribleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang