Keesokan harinya tepatnya di pagi hari ini Haura sudah siap mengenakan seragam sekolahnya.
"Haura, hari ini kamu senang mau sekolah lagi, sayang?" mamanya Haura, Melinda menatap anaknya dengan raut yang bahagia melihat anaknya yang akhirnya bisa semangat lagi.
"Iya, Ma, Haura seneng banget! Akhirnya setelah sekian lama Haura bisa sekolah lagi" sahut Haura sumringah.
Dulu Haura dibully di sekolah lamanya Haura tidak memiliki satu teman pun yang dipercayai disana. Tidak ada juga orang yang mau menolongnya. Bahkan gurunya waktu itu juga hanya melihatnya ketika ia diganggu oleh kumpulan geng orang-orang populer dan berpengaruh disana.
Karena kejadian itu, Haura sempat depresi. Setiap hari Haura selalu merasa ketakutan ketika melihat siapa pun. Ia juga bahkan tidak mau berbicara banyak dan lebih memilih untuk di dalam kamar. Oleh sebab itu, Haura jadi tidak mau sekolah lagi sampai akhirnya orang tuanya menyatakan bila Haura telah keluar dari sekolah.
Selama ini kedua orang tuanya memang tidak pernah mengetahui bila temannya tidak mendapatkan perlakuan yang wajar di sekolahnya. Haura tidak pernah memberitahunya.
Gadis itu memang merasa takut untuk mengadu karena para pembulinya justru akan berbuat lebih parah jika Haura membeberkan nya.
Setelah mengalami trauma berat sehingga harus mendapatkan pengobatan dari orang psikologis, akhirnya rasa trauma Haura mulai menghilang.
Meskipun Haura tampak ragu-ragu untuk sekolah, tapi kedua orang tuanya berhasil membujuknya sehingga membuat Haura mau bersekolah lagi di sekolah baru nya sekarang.
"Kalo ada teman yang ngebully kamu lagi pokoknya kamu harus bilang ke mama ya nggak boleh diam lagi. Mama nggak suka ngelihat anak Mama tertekan lagi. Haura kan punya Papa dan Mama. Haura harusnya cerita kalo ada apa-apa di sekolah. Ngerti kan, sayang? " ujar Melinda dengan lembut.
Haura mengangguk. "Iya, Ma. Haura akan cerita kalo ada apa-apa di sana."
"Udah siap ke sekolah dan ketemu teman baru, sayang?" Papa Haura, Ferdi tersenyum sambil mengelus-elus rambut Haura.
"Iya, Pa. Haura siap! "
Ferdi menatap putrinya bangga.
Sepertinya tidak ada yang perlu ia khawatirkan lagi tentang putrinya.
"Ayo kita berangkat sekarang!"
Kedua mata Haura berbinar mendengarnya.
Seolah ada kupu-kupu dalam dada nya.