Sesekali Haura merasa seperti ada banyak orang yang mulai menatapnya disetiap langkahnya. Kebanyakan dari mereka adalah siswi siswi yang sedang duduk dipinggir kelas mereka.
Haura yang melihat hal itu sontak mengangkat salah satu tangannya sambil tersenyum menatap mereka. Ia merasa seperi seorang selebritis sampai diperhatikan selama dan sedalam itu. Padahal sebenarnya, mereka yang memperhatikannya sejak tadi itu menyimpan rasa iri yang besar pada Haura karena bisa berjalan bersama dengan cowok tertampan dia sekolah ini.
Sementara Aksa yang melihat aksi Haura hanya bisa membatin. 'Polos sama bodoh emang nggak jauh beda. '
"Buruan!" perintah Aksa terdengar dingin. Pasalnya Haura justru terlihat semakin memperlambat langkahnya sehingga membuat Aksa jadi menunggu Haura menyusul.
Haura yang mendengar perintah itu langsung berlari pelan kemudian berjalan dibelakang Aksa.
"Kalo lagi jalan sama orang itu disamping".
Haura tersenyum tipis mendengarnya.
Memang sudah kebiasaan Haura sejak kecil. Ia jarang mengikuti orang untuk berjalan beriringan. Haura lebih suka berjalan dibelakang orang itu.
Namun ketika mendengar perintah yang tegas itu membuat Haura menjadi menurut lalu ia berusaha menyamai langkah Aksa.
Haura tiba-tiba mengatupkan dia jari telunjuknya yang saling bertemu." Emm.. Soal kemarin maaf banget ya. Nggak tau ternyata minumannya udah di dalam plastik."