Aksa hanya menatap sekilas tanpa memberikan jawaban apapun.
Kemudian Aksa tiba-tiba meninggalkan Haura begitu saja dengan langkah yang lebih cepat.
"Dia sebenarnya mau maafin atau nggak sih?" gumam Haura mendadak merasa jadi tidak enak.
Haura terlalu memikirkan sikap Aksa yang sulit terbaca kan. Terkadang dia dingin, jutek, dan juga pun judes. Tapi yang pasti dia masih tersinggung karena ulahnya yang ceroboh. Makanya Aksa langsung berjalan lebih dahulu darinya setelah sebelumnya menyuruhnya untuk berjalan beriringan.
Hingga tanpa sadar Haura telah tiba di ruangan kepala sekolah. Haura dan Aksa berhenti didepan pintu itu sambil berhadapan satu sama lain.
"Lo masuk duluan sana ke dalam!" perintah Aksa. Merasa malas untuk masuk lebih dulu.
"Ih nggak mau." Haura kontan menggelengkan kepalanya.
"Ck.ngerepotin aja sih!".
Pada akhirnya Aksa memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan ini.
Sebelum masuk ke dalam, Haura sempat menatap Aksa sekilas. Kalau dirinya merepotkan lalu kenapa Aksa mau menerima tawaran Papanya? Kan bisa ditolak.