"Jadi kamu Haura Aini Mahya?" tanya kepala sekolah tersebut membuat pikiran Haura kembali pada kenyataan lagi.
"Iya, Pak, itu saya."
Pria itu mulai membuka-buka sebuah berkas lagi kemudian berkata "Saya sudah menentukan kamu dikelas XI IPA 2. Kamu bisa kesana sendiri sambil bertanya-tanya dengan murid-murid di sekolah ini. Maaf saya tidak bisa mengantar karena saya sedang sangat sibuk sekarang."
"Oh iya, Pak, makasih ya."
Setelahnya Haura keluar dari ruangan ini. Akan tetapi Haura tidak menemukan Aksa ditempat ini. Gadis itu juga bahkan sengaja menunggu sampai dua puluh menit telah berlalu dengan cepat disini, namun Aksa masih saja belum terlihat sampai sekarang.
"Semua orang sibuk. Kenapa nggak ada yang sempetin waktu buat aku gitu cuman buat nganter doang?" gumam Haura mulai merasa sebal. Kepalanya tertoleh ke kanan dan kiri, mirip seperti anak hilang. Kakinya saja juga sudah merasa pegal berdiri selama ini.
Hingga pada akhirnya Haura mulai memutuskan untuk mencari kelas barunya seorang diri. Kedua sepatu hitamnya mulai menginjak marmer putih itu disetiap karidor sekolah, akan tetapi ia merasa sedang berputar-putar ditempat yang sama.