Haura menghembuskan napasnya kasar.
Gadis itu segera masuk ke dalam ruangan kepala sekolah, menyusul Aksa yang sudah berada didalam sana.
Haura mendapati seorang pria yang sudah berumur terduduk di kursinya. Haura langsung bisa menebak bila beliau merupakan kepala sekolahnya.
"Ini anak baru nya, Pak".
Aksa menunjukkan Haura di hadapan kepala sekolah yang saat ini langsung menatapnya.
Kemudian tiba-tiba Aksa mendekat kearahnya. Reflek Haura mundur beberapa langkah karena terlalu terkejut dengan sikapnya.
Aksa menatapnya intens. " Gue tinggal dulu. Sibuk soalnya."
"Makasih ya, Aksa. Maaf udah ngerepotin," sahut Haura sambil tersenyum manis. Haura tahu Aksa terlihat terpaksa, tapi setidaknya Aksa mau mengantarnya sampai disini.
"Emang lo ngerepotin," bisik Aksa tepat di telinganya.
Jantung Haura mendadak mulai berdetak cepat. Sampai pada akhirnya Aksa mulai meninggalkan tempat ini, namun sampai saat ini Haura masih terbayang-bayang dengan perlakuan Aksa padanya sebelumnya.
Sikap arogan nya memang selalu ada, dan menurut Haura itu sangat menyebalkan baginya.