Haura merasakan senang kembali setelah selama ini Haura mengalami masa-masa terpuruk.
"Udah sampe ya, Pa?" tanya Haura setelahnya ketika melihat mobil Papanya berhenti di depan sekolah.
Sebuah gedung besar dan bertingkat banyak itu mulai terlihat dari pandangan Haura. Bila di bandingkan dengan sekolahnya yang lama itu maka sekolah yang ada di hadapannya ini terlihat lebih baik dan bagus. Model gedung sekolah ini menunjukan bila sekolah ini adalah sekolah elite
"Udah, Hau. Kamu suka kan sekolah nya?." tanya Ferdi.
Haura mengangguk antusias "iya, suka banget, Pa. Kelihatannya besar banget gedungnya dan bagus juga warna cat gedungnya. Haura suka banget".
" kalo gitu ayo turun! Papa mau nunjukin ke kamu anak dari temen perusahaan Papa yang yang sekolah disini juga."
"Anak dari temen Papa? Siapa?"
Haura memandang bingung kearah papanya.
"Nanti kamu juga tau. Papa juga udah suruh dia kesini sebentar lagi."
"Cowok atau cewek?"
"Cowok Hau."
Wajah Haura mendadak berubah menjadi kecewa.
"Nggak ada yang cewek, Pa?" tanya Haura.
Sebenarnya Haura merasa canggung bila harus bertemu bahkan berinteraksi dengan seorang cowok. Entah kenapa tadi Haura merasa dirinya dengan lawan bicara bila jenis kelamin nya cowok.