Sampai tiba waktunya. Vania tiba-tiba melepas genggaman tangan darinya dan membiarkan Haura untuk berjalan sendiri.
"Lo jalan duluan ya. Kita dibelakang aja ngikutin Lo." Kata Zea.
Wajah Haura mendadak menjadi bingung. "T-tapi..." ia merasa tidak bisa ketika berjalan mendahului orang.
Laras sontak memegang punggung Haura dengan kedua tangannya untuk mempercepat langkahnya."Udah, nggak usah banyak mikir! Jalan doang didepan apa susahnya sih? "Ketusnya.
Pasrah mengikuti perintah paksaan dari mereka, pada akhirnya Haura memilih berjalan lebih dulu sampai beberapa menit kemudian sebuah ruangan mulai terlihat oleh pandangan mereka.
Namun ada yang aneh dengan sekitarnya. Tempat ini terlihat tempat kosong. Tidak ada apa pun lagi disini kecuali pintu cokelat itu.
Zea menunjuk ke arah pintu. "Di depan sana ruangan kelas lo. Gue sama yang lain pergi dulu. Bye! ".
"Makasih ya kalian udah anterin sampe kelas," tuturnya Haura tersenyum sumringah.
Setelah mereka pergi, Haura kemudian menatap pintu itu. Lalu tanpa ragu-ragu Haura langsung membukanya begitu saja.
"Assalamu'alaikum," ujarnya.
"Waalaikumsalam." sahutan salam dari dalam mulai terdengar.
Pintu telah terbuka dengan sempurna. Haura melihat banyak cowok yang sedang duduk disini sedang merokok, bahkan juga ada yang sedang sibuk bermain game online.
Kedua mata Haura mulai menatap tempat ini dengan tatapan kagum. "Wah keren banget kelasnya. Bisa ngeliat pemandangan secara alami disini. Tapi kenapa disini cowok semua ya?" tanya nya bingung menatap kemana cowok itu.
Cukup lama mereka terdiam karena merasa bingung mendengar perkataan Haura barusan sampai akhirnya mereka mulai menyebutkan tawanya.
"Sejak kapan tongkrongan kita jadi kelas woy?" celetuk salah satu cowok disana.
"Lo salah masuk kelas weh! Disini itu rooftop, bukan kelas! " sahut yang lainnya menatap Haura.