[H-21]
Setelah permasalahan Ciela di tolak oleh Ray, dia berusaha untuk tidak memasukan apa yang di ucapkan Ray ke dalam hatinya. Walaupun menyakitkan tapi teman-temannya bahkan dari teman Ray sendiri mendukung dirinya untuk tetap memperjuangkan cinta Ray. Sedikit frustasi, namun dirinya akan mencobanya sekali lagi.Di pagi hari, Ciela berangkat ke sekolah dengan keadaan 5L [Lemah, Letih, Lesuh, Loyo dan Lunglai]. Tiba-tiba dari belakang Caitlyn berlari ke arahnya dan menyapanya.
"Yoo girls, kenapa akhir-akhir ini lo sering banget ngelamun?" sapa Caitlyn sambil menepuk punggung belakang milik Ciela.
"Hmm, gapapa, gue cuma cape aja akhir-akhir ini. Orang tua gue pergi ke luar negeri. Jadi gue harus belajar mandiri" jawabnya lesuh.
"Loh? Kok gak cerita di grup? biasanya lo cerita kalau ada apa-apa" lanjut Caitlyn.
"Gue lupa, sangking cape nya gue jadi lupa cerita"
"Gue traktir ice cream deh di sebrang sana, nanti waktu jam istirahat, oke?" ajak Caitlyn.
"Boleh boleh, makasih ya Caitlyn sayang" memeluk Caitlyn dengan erat.
"Ehhhh, lepasin, gue ga bisa napas nih, jangan begini nanti Brayden ngambek" mereka berdua tertawa renyah dan Caitlyn merangkul Ciela dan melanjutkan perjalanan mereka untuk masuk kelas.
Waktu yang di tunggu-tunggu yaitu jam istirahat. Mereka berlima keluar bersamaan dan berjalan menuju toko ice cream di seberang sekolah. Sesampai di sana, mereka mencari tempat duduk yang dekat dengan kaca sampang jalan agar terlihat pemandangan yang luar biasa yaitu banyak bunga-bunga serta beberapa kucing dan pengunjung yang banyak berdatangan.
"Gimana Ci? Lo nerima permintaan Max?" tanya Alma.
"Wait? Emang Max minta apa?" tanya Caitlyn penasaran.
"Kemarin Raffael bilang kalo Max mau bantu Ciela buat dapetin Ray" jawab Alma.
"Ya ampun, lo punya cowok gak ada topik banget ya, segala di omong" ucap Ciela sedikit cetus dan malas.
"Ha? Lo kenapa sih hari ini aneh banget! Tadi di kelas lo marah-marah gak jelas, sekarang lo ngejelekin cowok gue, biasanya juga Raffael begitu" ucap Alma menggerutu.
"Stttt udah-udah, jangan ribut, gak malu lo di liat orang banyak ha!?" ucap Sylvie memisahkan pertengkaran mereka.
Mereka berdua gak tabok-tabok kan atau jambak-jambak rambut cuma saling menatap tidak terima satu sama lain dan seperti menggerutu.
"Sorry Al, emosi gue lagi gak terkendali" ucapan maaf dari Ciela, salah satu ciri khas dari mereka yaitu siapa yang mulai maka ia akan bertanggung jawab.
"Maaf ya, gue juga malah mancing, gue gak suka cowok gue di bilang gitu" ucap Alma memegang tangan Ciela yang di atas meja dan mengusap punggung tangan Ciela.
Hari ini adalah hari yang terlalu sulit bagi Ciela, mungkin karena dia waktu itu telah di tolak oleh ray dan di tambah ini pertama kali dia di tinggal oleh kedua orang tuanya. Rasanya dua kali lipat, ingin menangis tapi dia tak bisa.
Setelah mereka makan ice cream, mereka kembali ke sekolah dan melanjutkan aktifitas mereka sebagai siswa SMA.
"Ci, kata Raffael, Max mau ketemu lo sepulang sekolah" samper Alma dari tempat duduknya untuk memberitahu bahwa dirinya di panggil oleh si anak Canada itu.
"Aaaaaa, penasaran deh, kira-kira Max mau ngapain ya? Kinan boleh ikut kan?"ucap Kinan penasaran, dia melirik Ciela dengan penuh harapan agar dirinya di ajak.
"No Kinan, Max mau Ciela aja yang ke sana sendiri" tegas Alma melarang Kinan untuk ikut, layak seperti ibu melarang anaknya untuk jajan permen.
"Kinan sayang, mending kita ke mall, sama Sylvie juga... Aku denger di sana ada toko ice cream baru yang cukup terkenal di Jepang" ajak Caitlyn.
"Wahhh, jangan-jangan Eddy's Ice Cream!? Kinan dulu waktu ke jepang belum keturutan makan ice cream dari toko itu" respon semangat dari Kinan, ia langsung berpaling kepada Caitlyn.
"Mungkin iya, Caitlyn juga belum tau, nanti pulang sekolah kita kesana yah" ajak Caitlyn agar Kinan tidak ikut campur dengan urusan Ciela.
"Oke Caitlyn" senyumnya Kinan melebar.
"Hmm Alma, tolong bilangin ke Raffael kalo gue gak bisa. Gue ada urusan, sorry banget" tolak Ciela secara tiba-tiba.
"Loh kenapa Ciaaa? Bukannya dia mau bantu Ciaaa buat dapetin Ray?" tanya Kinan.
"Sttt, udah Kinan, Ciela lagi butuh waktu buat terima kenyataan, kita juga gak bisa maksa Ciela, oke?" lanjut Sylvie agar tidak memicu keributan.
Sepulang sekolah mereka berlima berpisah, dan benar saja Ciela tidak ingin bertemu Max. Dia berjalan menuju taman dekat sekolah.
Terduduk di kursi dan menatap langit yang cerah, serta meminum es lemon kesukaannya dan menutup kupingnya dengan earphone kesayangannya. Tak di sadarkan, air mata miliknya keluar begitu saja tanpa kemauannya. Kakinya menaiki bangku panjang di tanam itu, sekarang posisinya miring dengan kaki menekuk dan tangan terlipat di atas dengkulnya, tangisan itu semakin deras hingga sesenggukan. Ia sudah tidak tahan dengan apa yang ia lakukan selama ini. Mengharapkan orang yang tidak pasti, mendapatkan respon yang tidak baik. Dia berusaha untuk melupakan orang yang dia sukai dari pertama kali masuk sekolah tetapi dia tidak bisa.
Tak di sangka, punggungnya di usap dengan lembut, dan tangisan itu berlanjut hingga selesai.
"Lo gapapa?"
"Hmm" menjawab tanpa membangunkan kepalanya.
"Ini alasan lo gak mau ketemu gue? Lo mau nangis sendirian di sini?" ucapan itu membuat Ciela mengangkat kepalanya dan mengelap air matanya.
"Max?! ngapain lo disini?" tanyanya melepaskan kedua earphone nya, dan menurunkan kakinya seperti orang duduk semula.
"Gue nyariin lo" jawab Max sambil terduduk di sampingnya.
"Buat apa nyariin gue? Kita gak ada yang mau di omongin kok, udah sana pergi, gue mau sendiri" ucap Ciela mendorong Max untuk pergi.
"Iya, tapi gue ada yang mau di omongin ke lo"
"Apa?" tanya Ciela.
"Gue butuh jawaban lo yang waktu itu"
"Kan gue udah jawab, gue ga mau"
"Tapi gue cuma mau bantu lo"
"Lo yakin bisa bantu gue buat dapetin Ray?" tanya Ciela ragu.
"Iya, gue yakin kali ini pasti bisa" ucap Max memastikan Ciela untuk percaya dengannya.
"Hal apa yang bikin lo yakin bahwa gue bakalan bisa sama Ray atas bantuan lo?" timpal Ciela dengan tatapan tajam ke arah Max.
"Hmm, gue yakin dengan cara gue lo bisa dapetin Ray sepenuhnya, dan gue yakin ketika gue membantu lo akan membuahkan hasil yang bagus" ucap Max.
"Tapi kalau Ray tetep gak mau sama gue? Dan dia bakalan ngomong kasar ke gue, gimana?" ucap Ciela, yang memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Gue kan udah bilang, gue bakalan bantu lo sampai lo dapetin Ray seutuhnya" timpal Max.
"Terus jaminannya apa kalo gue nyerah, dan Ray gak nerima gue buat ke empat kalinya" tanya Ciela untuk memastikan Max yang akan membantu dirinya.
"Jaminan? Jaminannya lo boleh benci sama gue, lo boleh jadiin gue apapun yang lo mau, atau apapun itu"
"Oke, boleh juga jaminannya" senyuman jahat dari Ciela. Max pun ikut tersenyum ketika melihat Ciela salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
21 Days Theory of Love | ETINAZNATT
RomanceLeona Ciela Josephine menyukai seseorang sejak awal masuk ke SMA. Dirinya mencoba untuk menahan rasa itu bertahun-tahun. Hingga pada di tahun kedua, Ciela sudah memasuki kelas 11 semester 2 yang sebentar lagi akan menaiki kelas 12. Dirinya mencoba...