[H-1]
Kemarin sepulang sekolah, mereka sempat memecahkan kecanggungan dengan main di time zone. Dan makan di cafe favorit Max.
"Ci, tolong jaga diri kamu ya, jangan telat makan ataupun keseringan minum es lemon, tolong jangan duain aku di sini, aku akan jaga perasaan ini terus dan kalo bisa secepatnya aku bakalan lamar kamu." Itu kata kata terakhir dari Max saat di cafe itu.
Dan momen terakhir yang mereka lakuin saat malam kemarin adalah bercerita di atas bukit favoritnya sambil melihat bintang serta bulan sabit. Di momen itu Max menciumnya dengan hubungan yang terikat. Max mengulumnya dan Ciela membalas hal itu.
"Ini kali kedua, aku cium kamu, ci. Aku harap kita masih bisa bertemu di hari yang aku janjikan." Katanya sambil memeluk Ciela.
Setelah kejadian itu, Max sama sekali tidak mengabarinya tentang keberangkatannya bahkan tentang dirinya sedang melakukan apa. Apa benar ini perpisahan terakhir dan selamanya? Batinnya bertanya.
Ia berangkat sekolah kembali dengan mobilnya, memarkirkan di tempat biasa. Berjalan menunduk ke arah gerbang sekolah. Baru saja satu langkah masuk ke area sekolah, Kinan sudah memanggilnya "Cici, anter Kinan yuk beli Roti es krim yang ada di dekat parkiran motor sana." Ciela tersenyum dan mengiyakan hal tersebut.
Saat di sana ia melihat Ray dan kawan kawannya tanpa Max. "Nih buat lo, senyum dong, jangan cemberut, masih pagi juga." Kata Ray yang memberikan Roti Es Cream Vanila, dirinya menerimanya dan tersenyum. Kinan tak perlu mengantri, karena ia sudah menitip pada Jack dan membuat mereka tak perlu lama menunggunya di sana serta bergegas ke dalam kelas.
Setelah jam pelajaran selesai dengan damai, mereka berlima pergi ke kantin seperti biasanya. Mereka duduk di tempat biasanya dan Alma berdiri "Gue mau pesen makanan, lo pada mau apa? Kali ini gue mau makan Bihun kuah kari." Katanya menawarkan dirinya.
Sylvie memesan hal yang sama dengan Alma, Caitlyn memesan Soto tangkar seperti Ciela dan Kinan memesan Bubur karena giginya sakit. Alma mengajak Caitlyn dengan penuh paksaan. Rasanya sudah lama Ciela tak seperti ini lagi, selama beberapa sibuk dengan drama kehidupannya. Memikirkan hal itu membuatnya tersenyum.
Sylvie sadar dengan tingkah Ciela, dan ikut tersenyum. Ada beberapa menit, akhirnya mereka berdua datang dengan banyak tentengan. "Kenapa lo senyum senyum gitu? Cantik ya gue? Jelaslah kalo itu" ucap Alma yang membuat Ciela tersadar dan membantunya menaruh semua makanan dan minuman.
"Gue ada kado buat lo, tada, es lemon varian original kesukaan lo. Minum ya, gue beli biar lo lupa dengan semua masalah dan berfokus sama hal sekarang." Kata Caitlyn yang memberinya minuman kesukaan dan Ciela menerimanya dengan senyum bahagia.
Mereka semua sibuk dengan makannya masing masing, sampai saat Ciela ingin meminum es lemon itu, ia tiba tiba saja memikirkan Max. Hal itu membuat ia memutar-mutarkan cup tersebut dengan penuh kecemasan.
"Ci? Makan dulu yuk, bentar lagi masuk loh" suara itu terdengar seperti Max yang membujuknya untuk makan terlebih dahulu, ia menatapnya dengan sedu dan rasanya ingin memeluknya. "Hello! Ci!? Lo jangan bengong begitu, disini banyak setan!!" Kata Alma yang memecahkan semuanya.
Sylvie yang mengetahui apa yang di pikirannya pun berkata "Udah Ci, jangan di pikirin terus, yang ada lo bakalan down dan sakit, lo mau Max marah gara gara lo sakit?" Caitlyn pun ikut bicara "Say good bye aja Ci, lagian dia janji sebelum lulus dia bakalan balik lagi." Ciela pun mencoba menyadarkan dirinya untuk tidak tergila gila lagi dengan pikiran kosongnya itu.
Jam masuk pun tiba, di hari ini mereka memiliki dua jam kosong setelah masuk istirahat kedua. Saat mereka baru duduk di kelas tiba tiba di luar ramai dengan teriakan histeris dari siswi siswi.
"Aaaa, Max pergi"
"Aaaaa, Elvano!!! Hati hati ya!!!"
"Max! Jaga diri ya!!!"
Dan banyak lagi. Layaknya artis terkenal, ya.Alma bergidik melihat hal itu. "Gila" itu kata yang keluar dari mulutnya. Kinan mengumpat di belakang Sylvie karena takut ia terinjak injak oleh komunitas pecinta Max.
Ciela yang melihat itu makin kacau, ia tak menyangka bahwa Max pergi tanpa mengabarinya. Bahkan saat tadi ia sekolah tanpa dirinya tau. "Sabar ya, Ci" ucap Caitlyn menepuk pelan bahunya. Dan mereka pun kembali masuk dan duduk di tempatnya masing-masing.
Di sisi lain. Max yang baru saja pulang malam itu, ia sudah melihat sang Ibunda rusuh dengan bawaannya, ia menyiapkan semuanya di banyaknya koper yang akan dirinya bawa.
"Bun? Ngapain?" Tanyanya penasaran. "Enggak usah banyak nanya kamu, kamu tau ini udah jam berapa? Darimana aja kamu? Udah sana tidur, besok kamu berangkat pagi-pagi, Ayah sudah memesan tiket pesawat untuk kamu berangkat besok." Ocehnya sambil merapihkan koper koper dan tas kecil.
Max tak bicara lagi dan bergegas masuk kamar. Ia ingin memberitahu pacarnya kalau ia berangkat di pagi buta, tapi dirinya ketiduran karena mengingat ciuman yang ia dapat dari pacarnya itu.
Di pagi buta, di sudah di gebrak gebrak oleh Julian, dan membuatnya terbangun. "Shit, hp gue mati" Max langsung bergegas mengecas ponselnya dan di tinggal mandi.
Setelah mandi ia di panggil sang Ibunda untuk sarapan dan mengecek barang yang harus ia bawa. Ia sarapan dengan buru buru karena sang ayah terus memanggilnya untuk cepat berangkat. Karena lumayan dari rumahnya ke bandara memakan waktu 2 jam.
Lalu ia memberitahu bahwa ponselnya mati total, ia tidak punya waktu untuk menunggu ponselnya setengah penuh. Ia memiliki power bank, akan tetapi di pinjam Julian karena miliknya rusak. Akhirnya, sang Ibunda memberikannya ponsel baru yang tadinya ingin ia pakai untuk hadiah anak teman kerabatnya.
Dengan bodohnya, ia meninggalkan ponselnya dan langsung pergi dengan sang Ayah ke bandara.
Di bandara, ia meminta tolong untuk ponsel nya di paketkan saat dirinya sudah di Canada, karena ada hal penting yang tersimpan di sana.
Sesampainya di Canada setelah memakan waktu tiga jam penerbangan. Ia sampai di asrama dan langsung menghubungi Yorch. Ia meminta nomor handphone pacarnya, karena jelas Max tak terlalu cepat dalam mengingat nomor ponsel orang orang, butuh waktu lama untuk hal itu.
Yorch memberikan nomor Ciela, dan Max juga memintanya untuk memastikan Pacarnya baik baik saja. Dan ya, kemarin Yorch mengikuti mereka berlima tanpa sepengetahuan mereka. Bahkan saat di toko roti es cream, tepat di sebelah Raffael ada Yocrh yang menutupi kepalanya dengan topi.
Saat ia baru merebahkan dirinya dan kembali bangun membuka laptopnya, ia mendapatkan pesan dari pihak sekolah, bahwa dirinya harus bergegas untuk datang ke tempat sekolahnya di Canada. Ia menganti pakaiannya dan sibuk dengan barang yang dia cari di koper.
Ia menemukan barang itu, yang ternyata dasi sekolahnya. Lalu notifikasi ponselnya berbunyi "Lo keren, El. Gue acungi jempol. Kali ini lo benar-benar memecahkan hipotesis, tentang teori 21 hari." itu notifikasi chat dari Yorch. Max mengabaikannya dan bergegas pergi tanpa membawa ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
21 Days Theory of Love | ETINAZNATT
RomanceLeona Ciela Josephine menyukai seseorang sejak awal masuk ke SMA. Dirinya mencoba untuk menahan rasa itu bertahun-tahun. Hingga pada di tahun kedua, Ciela sudah memasuki kelas 11 semester 2 yang sebentar lagi akan menaiki kelas 12. Dirinya mencoba...