part.10 || Rumah sakit

105 96 12
                                    

Faktanya semua yang bersinar akan redup pada waktunya, termasuk matahari dan hati.

••••

"DOKTER!"teriak mereka bersama dengan wajah panik yang sudah berada di wajah mereka masing-masing. Dokter dan suster berlarian ke arah mereka, dan membawa keenam gadis itu keruangan yang berbeda. Dengan mereka yang masing-masing berada di depan ruangan itu.

Raksa cowok itu sedang berada di luar ruangan yang diisi oleh seorang gadis yang masih memperjuangkan nyawanya.

Raksa dengan rambut yang sudah acak-acakan, dengan pakaian nya yang sudah berlumuran darah itu tengah memegang benda pipihnya dengan bergetar, yang hendak menelpon orang tua gadis itu.

"Halo raksa?"ucap seseorang dari seberang sana.

"Raksa halo?"ucapnya lagi karena tak mendapat jawaban.

"Raksa"ucapnya sedikit teriak kala tak mendapat jawaban.

"M-maaf Tante"ucap raksa dengan suara bergetar, dengan tertunduknya.

"Kenapa minta maaf, nak?"tanya bunda Nisa tak mengerti.

"B-bulan"lirih raksa dengan mata terpejam.

"Kenapa sama bulan raksa?"tanya bunda Nisa mulai panik.

"B-bulan kecelakaan"jawab raksa semakin menunduk dalam.

"A-apa!"ujar bunda Nisa berteriak kaget.

"Sekarang bulan dirumah sakit mana?, Ruangan apa?"tanya bunda Nisa berturut-turut.

Ia sudah lari-lari untuk menuju kerumah sakit yang raksa arahkan.

**

Bulan dan Audrey yang masih terlelap dalam pingsannya. Berbeda dengan teman-temannya yang sudah terbangun dengan kedua orang tua masing-masing.
Clara? Gadis itu tengah menelpon kedua orangtuanya. Dengan seorang lelaki yang tengah berusaha menyuapinya.

"Ra, makan dulu"ucapnya yang masih berusaha menyuapi gadis itu.

"Gua gak lapar"jawab Clara yang masih menelpon kedua orangtuanya.

"Dikit aja Ra"ucapnya lagi.

"Gua gak lapar, rayyan"ujar Clara menatap lelaki itu yang diketahui adalah rayyan. Rayyan pun menghela nafas panjang dan berucap sekali lagi.

"Clara cuma dikit kok, mau ya"ujar rayyan menyedorkan sesendok bubur ayam ke mulut Clara yang diterima gadis itu dengan malas.

"Pinter"ucap rayyan tersenyum manis kearah gadis itu.

"Gue emang pinter"jawab Clara mengalihkan tatapan nya. Rayyan hanya terkekeh.

"Lagi ya"ucap rayyan tersenyum menyedorkan sesendok lagi.

"Apasih, Lo bilang tadi cuma sekali, gak capek apa"ucap Clara bersedekap dada menatap cowok itu sinis.

"Gue gak akan capek kalau orangnya itu Lo"ucapnya yang masih menyedorkan sesendok. Clara cewek itu hanya pasrah.

"Gue udah gak mau"ucap Clara yang masih menelpon kedua orangtuanya.

"Yaudah gua keluar dulu"ucap rayyan dan berlalu dari ruangan gadis itu.

Clara gadis cantik itu tersenyum kala sudah menelfon kedua orangtuanya. Gadis itu tengah duduk diatas brankas rumah sakit dengan senyum yang tak pernah pudar itu tengah menunggu kedatangan kedua orangtuanya. Tak selang beberapa jam pintu ruangan yang tengah ia tempati itu terbuka lebar dengan kedatangan kedua orangtuanya dengan muka masam mereka berdua.

RAKSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang