Anya bangun dengan tubuh yang terasa remuk seperti habis terlempar ke jalanan. Bagaimana bisa pria itu begitu kasar padanya semalam? Ia tahu ia salah karena terlalu mencampuri urusan pribadinya. Tapi, bukan begitu caranya untuk marah kan?
Anya bisa melihat pria di sampingnya masih lelap tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya, sama seperti dirinya yang juga telanjang karena dipaksa bermain semalam. Ia juga melihat noda darah bercampur sperma di sprei. Ia ingat betul bahwa ia sudah selesai dari masa menstruasinya kemarin. Dan ia sangat yakin darah itu juga berasal dari kewanitaannya yang terluka. Bagian sana masih sakit dan nyeri. Pria itu begitu menyeramkan semalam. Bahkan hampir saja membunuhnya dalam sekejap.
Anya bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Meskipun sakit saat ia berjalan, ia tetap bersikeras untuk pergi ke kamar mandi. Ia tidak mau bermalas-malasan di kamar atau pria gila itu akan merudapaksanya terus menerus mengingat pria itu selalu terlihat seperti pecandu seks di matanya.
Benar-benar. Pria itu bukan saja ganas semalaman tapi juga begitu kejam. Bagaimana bisa ia masih saja merasakan sakit seperti saat ia masih perawan disaat dirinya sudah melakukannya berkali-kali dengan orang yang sama.
Jika tahu akan seperti itu, Anya tidak akan pulang ke apartemen kemarin dan kabur untuk bersembunyi sementara waktu. Tapi, sekarang bagaimana bisa ia menghadapi pria itu nantinya? Haruskah ia bersikap biasa saja? Atau menyambut pria itu dengan senyum meskipun dalam hatinya ia sangat kesal? Jika pria itu sampai tidak senang? Apakah dia akan tetap membantunya menemukan Erlangga?
Aish, Anya sudah terlalu pusing memikirkan bagaimana menyikapi Arya. Beberapa menit lagi, pria itu pasti akan bangun dan mereka akan saling bertemu.
Anya pergi ke dapur segera setelah ia selesai mandi. Pundak dan dadanya masih terasa sakit karena ulah Arya semalaman tapi, ia tetap perlu mengisi perutnya sesegera mungkin mengingat jam sarapan pagi sudah lewat dua jam dari biasanya, dan pria brutal itu juga sudah terlambat ke kantor.Awalnya, Anya berniat memasak makanan untuk sarapan, tapi mengingat perutnya sudah mulai berunjuk rasa mengeluarkan suara-suara mengerikan, Anya hanya membuat roti selai untuk sarapan dan juga segelas susu untuk masing-masing.
Anya mendengar suara langkah kaki Arya keluar dari dalam kamar dan berjalan ke arahnya. Anya mencoba untuk acuh agar pria itu tidak seenaknya sendiri dalam memperlakukan dirinya.
"Apa yang kau buat?" Tanya Arya untuk pertama kalinya. Anya duduk membelakanginya dan pria itu tidak bisa melihat apa yang ada rintangan Anya.
"Roti selai dan segelas susu untukmu." Jawab Anya. Anya melihat jam di tangannya kemudian ia duduk di depan Anya tepat dimana roti selai dan segelas susu untuknya di hidangkan.
"Kau kesiangan. Maaf membuatmu sampai seperti itu!" Kata Arya seolah bicara kata maaf itu begitu mudah keluar dari bibirnya.
"Hem." Jawab Anya singkat.
"Aku pasti menyakitimu semalam, kan?" Ujar Arya. Anya hanya menaikkan bahunya acuh. Beraninya pria itu bertanya seperti itu? Apakah ia masih tidak menyadari kesalahannya? "Semalam aku mabuk." Lanjutnya.
"Aku tahu." Jawab Anya. Gadis itu berdiri dan mengambil sesuatu di atas kulkas dan segelas air putih. Anya menelan sebutir pil dengan air putih itu dan kembali duduk di tempatnya semula.
"Bisakah kau berhenti meminumnya?" Tanya Arya.
"Tidak bisa. Aku akan dicampakkan bahkan sebelum adikku ditemukan. Itu akan membuat pengorbananku sia-sia." Kata Anya.
"Apa maksudmu?" Tanya Arya.
"Kau lebih tahu dibandingkan aku." Jawab Anya. "Kau sudah terlambat dua jam. Sebaiknya segeralah berangkat! Aku ingin cuti hari ini." Lanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/339414902-288-k383595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tidur (21+)
RomanceKeterpurukan, membuat Anya menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Entah terjebak atau takdir, Anya terlalu larut ke dalam perannya hingga ia lupa akan satu hal. Apakah hubungan mereka hanya sebatas teman tidur saj...