Episode 7.

3.6K 45 2
                                    

Arya baru saja kembali dari ruang rapat, pria itu menghabiskan waktu selama kurang lebih tiga jam untuk membahas hal penting mengenai perusahaan bersama beberapa petinggi perusahaan lainnya. Anya, yang menunggu di ruangannya pun tampak lega melihat pria itu kembali.

"Sudah selesai? Apakah ada masalah rumit?" Tanya Anya sesaat setelah Arya duduk bersandar di sofa dan melonggarkan dasi yang melilit di lehernya.

"Tidak ada masalah yang rumit. Hanya beberapa masalah keuangan." Jawab Arya.

"Kenapa kau tidak membiarkan aku ikut denganmu?" Tanya Anya.

"Aku tahu bagaimana kondisimu. Kau hanya akan pusing jika ikut bersamaku." Jawab Arya. Anya terdiam, ia tahu apa maksud pria itu. Gadis itu duduk di sampingnya, bersandar di sofa sama seperti yang Arya lakukan.

"Aku tahu, aku hanya lulusan SMA. Tapi aku bukan berniat mengurusi urusan penting kantor. Hanya saja, disini sendirian sangat membosankan." Jawab Anya.

"Kau begitu cepat merindukanku? Bahkan kau tidak bisa barang sehari saja tidak di dekatku?" Ujar Arya percaya diri.

"Bukan itu maksudku. Kau tidak benar-benar memberikanku pekerjaan. Pekerjaan macam apa jika aku hanya duduk diam di sini sendirian selama kau pergi." Kata Anya.

"Menurutmu, aku harus memberikan kamu pekerjaan apa?" Tanya Arya.

"Terserah, asal aku tidak menganggur seperti sekarang." Kata Anya.

"Tidak ada lowongan." Jawab Arya singkat. Anya melipat kedua tangannya di dadanya. Ia tahu, Arya tidak mungkin memberikannya pekerjaan lain. Pria itu pasti akan lebih sulit untuk mencari keuntungan saat Anya sibuk bekerja.

"Aku sudah bilang, kau harus kuliah dulu. Aku tidak ingin mempekerjakanmu sebagai tukang bersih-bersih." Jawab Arya santai.

"Kenapa? Itu juga pekerjaan yang baik." Tanya Anya.

"Kau tidak pantas untuk itu." Jawab Arya. "Selamanya, aku tidak akan mempekerjakanmu di bagian itu." Lanjutnya.

"Setidaknya aku ingin-"

Tok tok tok.

Anya tidak jadi melanjutkan kata-katanya. Ia lebih tertarik untuk berjalan ke arah pintu dan membukanya. Arya juga tetap bersikeras untuk tidak memberikan pekerjaan padanya.

Kuliah?

Ayolah, ia sudah cukup membuat Arya banyak membantunya. Ia tidak akan menerima jika Arya membiayai kuliahnya juga.

"Sayang, kau sedang istrirahat?" Elena nyelonong masuk setelah Anya membuka pintu untuknya. Gadis itu dengan cepat duduk di samping Arya dan menggoda pria itu di depan Anya yang hanya acuh setiap kali melihat pemandangan seperti itu.

"Katakan tujuanmu, dan segeralah pergi!" Kata Arya datar membuat Anya menahan tawanya. Apa bicara dengan Elena bisa membuatnya alergi?

"Bibi bilang, kemarin kau pulang. Tapi hanya sebentar. Kau pergi beberapa menit setelah datang. Kenapa begitu cepat? Apa kau tidak rindu bibi?" Tanya Elena.

"Lebih tepatnya, aku tidak ingin mendengar dia bicara omong kosong." Jawab Arya.

"Arya, bibi membicarakan masa depan kita." Kata Elena.

"Masa depan kita? Apa aku pernah bilang setuju? Berapa kali aku menolak, apakah dia mendengarnya?" Ujar Arya.

Tunggu!

Hanya beberapa menit?

Lalu, kemana perginya Arya selama hampir setengah hari?

Batin Anya bertanya-tanya. Ia ingat betul pria itu pulang hampir jam makan siang dan membawa kejutan untuknya. Apakah dia pergi ke suatu tempat?

Teman Tidur (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang