Elena merasa Arya semakin menolak dirinya untuk bertemu dengannya. Bagaimana bisa Arya berbuat seperti itu padanya? Sedangkan mereka sudah dijodohkan dari sejak mereka kecil. Sekarang, apakah ia harus diam saja saat Arya mengabaikannya bahkan tidak ingin melihatnya barang sedetik saja?
Tentu saja tidak, ia tidak akan menyerah untuk membuat Arya menjadi miliknya. Takdirnya sudah ditentukan bersama Arya sejak kecil, kenapa ia harus diam saja saat semua impiannya akan sirna di depan mata?
Gadis itu sengaja datang diam-diam seperti biasanya ke kantor Arya pagi-pagi sekali bahkan sebelum Arya dan Anya tiba. Ia bersembunyi di balik sofa dan berjongkok di sana. Ia ingin tahu apa saja yang Arya lakukan dan pria itu bicarakan tentang dirinya. Setidaknya jika itu bukan dirinya, ia akan tahu wanita mana yang telah menggoda Arya sehingga pria itu ngotot menolak perjodohannya. Sebelumnya ia juga mendengar ucapan ibu Arya yang mengatakan Arya memiliki pilihannya sendiri. Dan hari ini, ia harus mengetahui semuanya.
Tidak lama setelah ia bersembunyi dan kakinya sudah sedikit kesemutan, pintu ruangan Arya terbuka. Pria itu berjalan mendekati meja kerjanya dan duduk di kursi kerjanya dengan santai, tidak ada siapa-siapa yang datang bersamanya. Rumor yang beredar di kantor, Arya selalu berangkat dan pulang bersama Anya. Ia harus mencurigai gadis itu sekarang.
Lagipula, bukankah Arya sudah memiliki seorang asisten pria? Lalu, untuk apa mempekerjakan Anya juga? Apa satu asisten saja tidak cukup?Elena tidak mendengar apapun selain suara Arya mempersiapkan meja kerjanya sendiri. Mengatur semua dokumen yang perlu ia periksa dan menghidupkan laptopnya. Beberapa saat kemudian ia mendengar pria itu sedang menghubungi seseorang. Dan Elena yakin bahwa itu asisten pribadi Arya yang berjenis kelamin pria. Biasanya asisten pribadi Arya akan selalu ada di kantor saat Arya juga berada di kantor. Tapi, beberapa Minggu ini, Elena bahkan tidak pernah sekalipun melihat pria itu disana. Apa yang Arya lakukan pada asistennya? Dan kenapa ada Anya yang di ruangannya?
"Baiklah, selidiki terus! Jangan sampai ada yang terlewat. Sekecil apapun itu sangat berguna." Kata Arya membuat Elena semakin penasaran.
Apa yang sedang mereka lakukan sebenarnya? Menyelidiki apa? Sejak kapan asisten pribadi Arya berubah menjadi seorang detektif? Dan apa yang harus diselidiki?
Pintu kembali terbuka dan kali ini, Elena yakin bahwa itu adalah Anya, asisten baru Arya. Sebenarnya ia merasa curiga sejak awal tentang keberadaan Anya di ruangan Arya. Tapi ia berusaha untuk tetap berfikir positif tentangnya. Selain Anya yang tidak secantik dirinya, seseksi dirinya, dan semenarik dirinya, Anya sama sekali bukan tipe gadis idaman bagi Arya. Ia tahu betul selera laki-laki normal termasuk Arya. Pria kaya, dan tampan biasanya akan menyukai gadis seperti dirinya. Tapi, kenapa Arya justru menolaknya mentah-mentah? Hal itu mungkin akan terdengar wajar apabila ternyata Arya bukan pria normal.
"Aku baru saja bertemu dengan sekretarismu. Dia bilang setengah jam lagi ada meeting lagi." Kata Anya mengawali percakapannya dengan Arya sesaat setelah ia meletakkan tasnya di meja kerjanya yang ada di pojok ruangan.
"Ya, hanya beberapa orang yang akan terlibat. Kau ikut denganku nanti." Kata Arya.
"Kenapa aku harus ikut? Aku biasa menunggu disini sampai kau butuhkan." Kata Anya.
"Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian di sini. Itu akan membuatku tidak nyaman." Jawab Arya.
"Jangan berlebihan. Kita bahkan 24 jam terus bersama. Hanya beberapa menit, apakah akan membuat kepalamu sakit? Aku ada obat sakit kepala." Kata Anya sambil mengeluarkan ponselnya. Tepatnya ponsel barunya yang dibelikan oleh Arya khusus untuknya. Gadis itu tampak membuka aplikasi game online kesukaannya. Yah, apalah yang bisa ia lakukan, Arya tidak pernah memberinya pekerjaan yang nyata selain bersantai dan bercocok tanam dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tidur (21+)
RomanceKeterpurukan, membuat Anya menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Entah terjebak atau takdir, Anya terlalu larut ke dalam perannya hingga ia lupa akan satu hal. Apakah hubungan mereka hanya sebatas teman tidur saj...