Anya tersenyum getir saat ia berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Sebenarnya ia tidak ingin pulang karena harus bertemu dengan dua wanita jahat itu. Tapi, seharusnya mereka lah yang pergi dari rumah itu. Bukan dirinya. Ia juga melihat ada sebuah mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Rupanya calon suaminya sedang bertamu di dalam.
"Sayang, pertunjukan akan segera dimulai. Lihat bagaimana kau akan melamarku setelah melihat semua ini." Ucap Anya sambil membuka kancing teratas pakaiannya dan memperlihatkan beberapa tanda merah di leher dan dadanya.
Gadis itu mendorong pintu itu agar terbuka dan ia segera berjalan masuk dengan santainya melewati empat orang uang sedang mendiskusikan sesuatu.
"Ehm. Anya. Lihat siapa yang datang. Calon suami dan calon mertuamu sudah datang. Duduklah dulu untuk menyapa mereka!" Ucap Ibu tirinya. Anya menghentikan langkahnya dan menatap calon suami dan mertuanya kemudian tersenyum. Gadis itu mendekat untuk berjabat tangan.
"Hallo, bagaimana kabar kalian pagi ini? Masih bisa bernafas kah?" Ucap Anya membuat pria setengah botak yang merupakan calon mertuanya itu kesal.
"Bagaimana kalian mendidiknya? Lihat bagaimana cara dia menyambut orang tua sepertiku." Protes pria itu.
"Maaf, dia memang seperti itu. Anya, duduk!" Ucap ibu tirinya.
"Aku tidak akan menikah dengannya." Kata Pria yang seharusnya adalah calon suami Anya.
"Kenapa?" Tanya Ibu tiri Anya dengan kaget. Tapi, Anya justru tersenyum dan duduk di samping ibu tirinya dengan santai.
"Aku tidak mau menikah dengan barang bekas." Kata pria itu. Jika dilihat, pria itu cukup tampan, namun diusianya yang sudah begitu matang. Seharusnya ia lebih berfikir untuk menjaga anak dan istrinya di rumah. Bukannya pergi mencari istri baru.
"Oh, bukankah jika aku menikah denganmu, itu juga termasuk menikahi barang bekas?" Ejek Anya.
"Aku punya segalanya. Dan aku punya hak untuk menentukan pilihanku sendiri. Dan kamu, tidak layak untuk menjadi istriku." Kata Pria itu lagi.
"Baguslah, aku juga merasa kamu tidak cocok menjadi suamiku, pak tua." Kata Anya membuat pria itu marah dan memaki ibu tiri Anya.
"Bagaimana kau membesarkan anak tidak tahu diri seperti itu?" Ujar pria berkemeja biru itu.
"Maafkan perkataan dia! Dia masih anak-anak belum begitu bisa memahami ucapan orang dewasa seperti anda. Jadi, bagaimana kalau rencana pernikahan kita tunda dulu! Jangan sampai ucapannya membuat semuanya sia-sia." Kata ibu tirinya.
"Anda bodoh atau tuli? Saya dan anak saya bahkan sudah mengatakan tidak akan mau menikahkan anak saya dengan anak anda yang tidak tahu diri itu." Kata mantan calon mertua Anya sambil menunjuk Anya uang hanya duduk santai sambil tersenyum miring.
"Pak, tolong dengarkan saya dulu! Anya hanya anak kemarin sore. Saya akan memberikan dia pengertian dan jika dia benar-benar sudah siap, saya akan memberitahu Anda." Kata Ibu tiri Anya.
"Anda lupa? Anak saya tidak akan menikahi barang bekas. Kau lihat berapa banyak bekas merah di tubuhnya? Apa itu belum cukup menandakan bahwa anak itu adalah gadis murahan?" Ujar pria setengah botak itu.
"Tapi, pak-"
"Cukup. Jangan pernah ganggu kami lagi, dan segera lunasi semua hutang kalian atau kalian akan menanggung akibatnya!" Ucap Pria itu sambil meninggalkan rumah Anya bersama anaknya.
"Bisa-bisanya mereka pikir aku akan menikahi pria yang sudah beristri. Kalian bermimpi saja!" Batin Anya.
"Puas kamu sekarang? Kamu sudah mempermalukan kami. Sekarang apa yang kamu mau?" Ujar ibu tiri Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tidur (21+)
RomanceKeterpurukan, membuat Anya menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Entah terjebak atau takdir, Anya terlalu larut ke dalam perannya hingga ia lupa akan satu hal. Apakah hubungan mereka hanya sebatas teman tidur saj...