Hallo...
Maaf ya teman-teman pembaca...
Saya lama banget update-nya.. mungkin banyak dari kalian yang udah lupa sama alurnya karena terlalu lama up.
Sama, saya sendiri juga (🐵🐵🐵🐵)Saya punya hal yang membuat saya jadi lama banget update-nya..
1. Punya anak istimewa yang full time bener-bener di jaga. PP ke sekolah gendong sambil Goes sepedah.
2. Di rumah ada pekerjaan lain buat tambahan uang jajan si anak karena sudah pandai soal belanja jajan (🐵🐵)
3. Kenapa aku tetap lanjut nulis meskipun banyak kerempongan di rumah? Yup, kalian tentu saja tahu kan kebutuhan orang itu tiada batas. Dengan menulis kemudian aku jual tulisan aku, berharap aku bisa dapatin sedikit uang buat di tabung. Aku masih harus renovasi rumah yang biayanya tidak dikit agar bisa tinggal sendiri di rumah, gak numpang ortu lagi. Dan Yach, aku juga pengen punya sepeda elektrik lah minimal buat antar jemput anak sekolah. Soalnya ini kaki sama pundak udah pegel" banget, maklum si anak sudah 20kg lebih dikit.
4. Tiap si anak tidur malam, saya ikut langsung tidur karena kalau siang si anak jarang tidur siang. Jadi, ikutlah saya molor sampe pagi.Ya sudahlah, jika kalian ada yang ditanyakan kenapa lama gak up, mungkin salah satu jawabannya ada di atas ya ..
lanjut......
,°°°°°°°°°°°°
Anya baru membuka matanya, dan melihat ke samping, tidak ada siapa-siapa di tempat tidur selain dirinya. Namun ia mendengar suara gemericik air dan juga sprei di sebelahnya seperti bekas orang tidur. Jika tidak salah ingat, semalam ia dan Arya melakukannya untuk yang kesekian kalinya. Sebenarnya bukan masalah besar bagi Anya untuk melakukan hal itu bersama Arya berapa kali pun, hanya saja ia merasa malu mengingat sikapnya semalam yang memaksa pria itu melakukannya meskipun pria itu sudah mencoba bertahan.
Tok-tok-tok.
Anya agak kaget mendengar suara pintu kamar hotel tempat ia tinggali semalaman diketuk dari luar, seharusnya bukan cleaning service kan? Tapi, siapa? Apa Arya memesan makanan sebelum pergi mandi?
Dengan malas-malas, Anya membuka selimutnya dan meraih kemeja Arya yang berserakan di lantai, pria itu meninggalkannya begitu saja dan mengenakan jubah mandi yang tersedia di hotel itu. Setelah selesai mengenakan jas yang ukurannya terlalu besar untuk tubuhnya yang mungil itu, Anya berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya.Kedua bola mata Anya hampir saja melompat keluar dari sarangnya saat melihat siapa yang datang saat ini.
"Nona Elena." Gumam Anya, gadis itu berjalan mundur perlahan sementara Elena menatapnya penuh dengan kebencian. "Nona, kenapa anda kesini?" Tanya Anya mencoba untuk mengalihkan perhatian Elena, ia berharap gadis itu tidak mengetahui keberadaan calon tunangannya di dalam kamar mandi.
"Kalau aku tidak kesini, kau ingin apa? Membodohiku terus menerus dengan wajah sok polosmu ini? Kau kira kau siapa?" Ujar Elena.
"Nona, apa maksud anda?" Tanya Anya pura-pura tidak mengerti apa yang Elena katakan.
"Kau berani membuat masalah denganku, apa kau sudah tidak punya rasa malu? Kau ingin merebut Arya dariku bahkan berbuat kotor di belakangku? Apa kau pikir selama ini aku tidak tahu?" Ucap Elena.
"Nona, anda salah paham. Saya tidak seperti itu. Saya dan pak Arya hanya-"
"Hanya apa? Bekerja sama untuk membodohiku?" Potong Elena.
"Nona, jangan salah paham dulu! Saya dan pak Arya semalam menghadiri sebuah acara dan terpaksa menginap di hotel tapi kami-"
"Menghabiskan malam yang panas bersama? Kau jalang kecil sialan." Ujar Elena dipenuhi emosi. Elena maju selangkah dan menarik rambut panjang Anya dengan kuat, membuat pemiliknya memekik kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tidur (21+)
RomanceKeterpurukan, membuat Anya menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Entah terjebak atau takdir, Anya terlalu larut ke dalam perannya hingga ia lupa akan satu hal. Apakah hubungan mereka hanya sebatas teman tidur saj...