Lisa Part
Lisa mengetuk pintu. Sebuah tangan membuka pintu dan menyambutnya dengan senyuman.
"Sudah waktunya membacakan cerita..."
Bibi Yoo Mi mengangguk.
"Aku akan menunggu di ruang musik," kata Lisa.
*****
"Kenapa di kamarmu tidak ada cermin?" Lisa melemparkan pertanyaan random karena bosan.
Pemuda yang sedang memasang piring hitam menoleh sekilas pada jendela.
"Apa yang kau lihat?"
Lisa ragu.
"Ehm, wajah pucat."
"Lalu?"
"Unik."
Jungkook terkekeh. "Kau takut."
"Kau tidak lihat wajahmu sendiri? Menyeramkan," timpal Lisa.
"Aku tidak bisa lihat fitur wajahku...."
Lisa lantas mau tertawa jika tak segera menyadari keseriusan di wajah Jungkook yang kurus.
"Wajahku seperti tertutup kabut."
Lisa mengarahkan pandangan pada kaca jendela. Itukah dunia yang selama ini dilihatnya?
"Bagaimana denganku?"
"Kau normal saja: selalu takut."
"Jujur sekali. Terima kasih," jawab Lisa. "Halaman 143," Lisa membalikan kertas hingga terdengar gesekan.
Jungkook menyungingkan bibirnya.
"Tidak dengan lagu horor itu lagi."
"But...." Jungkook merolingkan matanya, jelas-jelas protes. "Ruangan ini sudah silau karena semua lampu kau nyalakan. Aku ingin menghirup udara horor dan suasana muram supaya bisa lega."
"Atau aku akan berlari keluar ruang ini dan tidak membacakan cerita menyeramkan ini lagi. Please, respec-tlah sedikit pada rasa takutku."
Yoo Mi Part
Ia menyikut lengan paman. Pria itu diam-diam mengeluarkan HP dan memfoto Jungkook yang menyungingkan bibirnya. Tipis...tipis sekali. Itu adalah senyuman pertama yang dilihat paman.
"Jusnya." Yoo Mi berbisik, "dia menghabiskan jusnya, Paman."
Sayangnya berkebalikan dengan keesokan harinya. Pemuda itu sudah mengurung dirinya dari pagi dalam kamar. Ia hanya meminum jusnya separuh. Lampu kamar pun diminta untuk dimatikan saja.
"Dia akan baik-baik saja," hibur Paman.
"Kupikir semuanya telah menunjukan kemajuan, Paman."
"Tenanglah Yoo Mi. Kau mulai membuatku kuatir. Jaga dulu dirimu."
Jungkook Part
Bunyi klakson berkali-kali memekakan telinga. Cahaya raksasa memburu mereka dari depan. Mmebutakan mata dan kesadaran penuh. Mereka terangkat ke udara lalu terpisah.
Hantu itu kembali. Ujung jemarinya mengelus pipinya.
Suara lengkingan terulang.
Hantu anak kecil itu berjalan terseok. Sebelah kakinya tidak menggenakan sepatu. Ia menggunakan kaos kaki yang berawarna merah. Ia tak bisa mengalihkan pandangan dari kaos kaki merah itu. Itu bukan warna asli kaos kaki. Itu warna merah lalu pandangan mengarah ke atas paha, dari sana sumber merah itu. Terdengar pekikan yang mendengungkan telinga.
Please jangan! Tolak Jungkook. Ia masih ingin mencari.
Jungkook membuka matanya. Ia telah bermimpi. Lagi.
Lisa Part
"Aku bahkan tidak tahu kalau ibuku mewariskan rumah warisan dari kakekku untukku.."
Lisa menautkan jarum berbentuk pancing diantara benang.
"Menurutmu mereka sedang makan apa sekarang? Mereka pasti tidur di kasur yang empuk. Setelah menjual rumah ibuku."
Lisa mengangkat topi wolnya yang masih separuh jalan. Ia lanjut memilin dan mengaitkan setiap sambungan benang.
"Aku ingin tahu, pernah tidak bibiku merindukanku?"
Di latar belakang Lisa yang duduk membelakangi terlihat sebuah pintu peti mati yang terbuka pelan. Sesosok mahluk kurus nan pucat telah bangkit. Ia meluruskan kepala dan sebagian tubuhnya menghadap Lisa.
Lisa reflek mengusap tengkuknya. Ia memekik tertahan. "Mengagetkan saja!!"
"Bisakah kau pergi?" kata Pemuda itu dengan nada frustasi dari dalam petinya. "Aku ingin mencari ketenangan karena akulah ketenangan."
"Kalau kosong adalah hampa?" tanya Lisa.
"Itu filosofi yang lain. Pergilah."
Lisa mengangguk. Ia berjalan ke arah peti tanpa benar-benar melihat wajah Jungkook yang seram. Pluk. Ia memasangkan topi wol berhias bebek berwarna kuning di kepala Jungkook.
"Itu cocok untukmu."
Jungkook tampak menggeram seperti bulldog.
Lisa tersenyum kikuk, "baiklah, sampai ketemu nanti senja saat jam membaca," katanya lalu keluar dari gudang bekas bengkel kayu yang sekarang sudah lebih bersih. tampak luas, dan...
"Matikan lampunya sebelum kau pergi. Jiwaku butuh asupan kehampaan..."
"Matikan saja sendiri," kata Lisa. Dalam hati Lisa bersyukur, setidaknya ia tidak ada di lorong bawah tanah rumah Jungkook.
Dan... Ia tak begitu takut lagi pada Jungkook.
Jungkook Part
Jungkook berdiri. Ia penasaran pada benda yang tertutup kain biru. Ia menurunkan kain itu. Ah, benda ini. Ini adalah cermin yang beberapa tahun lalu diungsikan paman karena permintaan Jungkook. Jungkook mengangkat alisnya. Cermin ini sudah dilapisi cat warna warni bergambar bebek kuning dengan latar di taman bunga.
"Kenapa harus taman bunga?"
Siapa pun yang berdiri di depan benda ini tidak akan menyadari kalau ini dulunya adalah cermin karena benda ini sudah beralih fungsi menjadi kanvas.
Jungkook mencabut selembar kertas yang tertempel di bagian atas.
"Inilah pantulan dirimu di cermin. Kau adalah bebek ini: jelek dan mengesalkan."
Jungkook tersenyum. Ia menurunkan topi wol yang dirajut Lisa dari kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING UNKNOWN LOVE(Sisi Gelap Jungkook dan Lisa)
FanfictionApa jadinya, jika pemuda yang mulai mengalami sindrome cortard dan menganggap dirinya sudah mati harus menghabiskan hari-harinya dengan gadis pengidap demononomania yang phobia terhadap hal mistik? Jungkook selalu merasa, ia tersimpan dalam dunia...