Lisa Part
"Kau sudah seminggu di sini, Nona Lisa."
Oh tidak! Keluh Lisa dalam hati mendengar perkataan itu. Kenangan di ruang bawah tanah saja masih muncul dalam mimpinya. Sekarang, ia harus bekerja di sini dengan pemuda itu?
Kau akan terbiasa: itulah arti tatapan mata Perawat Yoo Mi yang kini dipanggil Lisa dengan sebutan Bibi.
Lisa menggelengkan kepalanya. Ia hampir merengek saat Bibi Yoo Mi meninggalkannya di gudang kayu. Tentu saja ia tidak dapat melakukan apa pun, selain...
Lisa menoleh dengan kaku. Rasa penasarannya melawan lehernya yang enggan menoleh. Di kursi goyang, pemuda dengan raut hampir kritis itu hanya menatapnya dengan kosong.
Lisa mengigit bibir bawahnya karena berusaha menekan perasaan kuatirnya.
Lisa mengelas permukaan kayu peti sambil sesekali menghela napas dengan berat.
Lisa menopangkan tubuhnya pada kaki dengan posisi setengah duduk. Ia meniup permukaan kayu dan mengibas tanggannya. Lisa berdiri dan meregangkan tangannya, lalu melangkah menuju lemari kayu yang tempo hari diperbaikinya. Ia berjinjit dan meraih sekaleng pelapis kayu permis, berharap dapat melakukan finishing kayu yang natural.
Lisa menghela napas dengan panjang. Ia sudah tidak tahan lagi. Sudah satu setengah jam ia bekerja di bawah tekanan. Tatapan pemuda itu yang selalu mengawasinya. Tanpa mengatakan apa pun!
Lisa menoleh padanya sekilas dan memilih untuk menghirup udara bebas.
****
Lisa duduk di kursi kayu berbentuk bulat lonjong sembari meneguk tehnya. Bibi berdiri di sampingnya menawarkan sandwich.
"Sudah sore. Aku akan menyiapkan makan malam."
"Ini sudah cukup Bibi."
"Ini hanya kudapan. Bergabunglah bersama kami setelah semua siap."
Bibi Yoo Mi menuangkan lagi teh ke dalam cangkir proselen Lisa lalu memunggi mereka. Wanita itu naik ke atas tangga menuju rumah utama.
Lisa mengalihkan pandangannya pada hamparan bunga yang ada di kebun samping gudang yang sudah diubah menjadi gudang kayu itu. Pada bunga-bunga itulah, pemuda itu memusatkan kebisuannya.
"Ini sudah hampir jam tiga sore," tiba-tiba Lisa bergumam pada dirinya sendiri.
Sejak pagi ia bekerja dengan diawasi pemuda aneh ini, dan belum satu kata pun yang keluar dari mulut pemuda ini. Bahkan, Lisa tidak melihat pemuda itu minum atau makan. Diam-diam Lisa memeriksanya dari ujung matanya. Jemari yang kurus, dengan tulang pipi menonjol, dan kulit putih pucat.
Lisa bergidik mengingat kembali ucapan pemuda aneh itu membuat upacara kematiannya sendiri.
Lisa menggelengkan kepalanya. Ia berjuang untuk bisa hidup, sedangkan pemuda yang duduk di sana memiliki pemikiran berbeda. Sungguh ironi.
"Maaf jika aku menanyakan ini...... Ehm, apa kau mempunyai penyakit stadium akhir?"
Yang terdengar adalah gemerisik angin. Lagi-lagi pemuda itu mengatupkan bibirnya.
"Itukah sebabnya kau membuat upacara itu? Karena..." Lisa tak sampai hati meneruskan kata-katanya. Apalagi menyadari pemuda ini tentu depresi karena hidupnya tak lama lagi. Ia pasti merasa tertekan karena mengidap penyakit parah yang akhirnya membuat pikiran pemuda ini terganggu.
"Jangan menyerah. Apa pun penyakitmu. Kau masih diberikan kesempatan untuk hidup, jadi ...." perilaku pemuda itu mendistorsi perkataannya.
Pemuda itu memandangi Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINDING UNKNOWN LOVE(Sisi Gelap Jungkook dan Lisa)
Fiksi PenggemarApa jadinya, jika pemuda yang mulai mengalami sindrome cortard dan menganggap dirinya sudah mati harus menghabiskan hari-harinya dengan gadis pengidap demononomania yang phobia terhadap hal mistik? Jungkook selalu merasa, ia tersimpan dalam dunia...