Chapter 16 : Kaito Kano

1.1K 102 5
                                    

Langit-langit putih mulai menghilang dan berubah menjadi sebuah jalan raya besar yang terdapat tiga terowongan di depannya. Disini penuh dengan kabut sehingga pandangan kami agak terganggu. Aku duduk di tepi jalan raya di sebuah batu besar. Aku melihat gerak-gerik peserta lain yang nampak mencurigakan. Banyak dari mereka yang nampak tenang dan ada juga yang bergerak mondar-mandir. Yusa menghampiriku.

          "Kau melihat sesuatu yang aneh?"

          "Suasana saat ini masih tergolong biasa. Kita lihat nanti." Dengan sangat fokus aku melihat segerombolan peserta dan tiba-tiba mataku bertemu dengan Takuma. Dia berbicara ke arah Kentarou setelah itu berjalan mendekat ke arah kami. "Takuma mencarimu."

          "Benarkah?"Setelah berkata demikian Takuma sudah berada di samping Yusa. Tanpa berpikir panjang aku langsung meninggalkan mereka bedua agar tidak menjadi peganggu. Aku melakukan ini karena Takuma pagi ini men-chatku agar aku memberikannya waktu luang dengan Yusa. Sebenarnya aku ingin menolak tapi selama Yusa bisa dilindungi itu tidak masalah. Sebenarnya yang aku rasakan.......Takuma menjadi penggangu.

          Ini baru permulaan level 13. Jika terdengar suara terompet telah dikumandangkan berarti permainan membunuhpun akan dimulai. Dari segi tempat, ini akan mempermudah peserta untuk saling membunuh di ruang terbuka. Aku tidak terlalu yakin dengan permainan kali ini. Ini akan  sedikit lebih sulit.

          Suara terompet mulai terdengar, aku mulai bersiap memegang pistolku sambil melihat sekitar. Tatapan mata setiap peserta perlahan mulai berubah seperti nafsu membunuh mereka mulai bangkit. Aku tidak terlalu yakin tapi mereka tidak nampak mengacungkan pistol ke salah satu peserta. Apa mereka memiliki rencana juga? Aku harus memikirkannya dengan baik-baik. Aku juga harus mencari dalang lain dibalik permainan sialan ini.

          Di setiap atas terowongan terdapat layar yang memasang gambar berbeda. Terowongan pertama bergambar tengkorak, terowongan kedua bergambar lilin dan terowongan ketiga bergambar rumah. Beberapa peserta tidak mempedulikan gambar tersebut tapi aku yakin gambar itu memiliki arti, bukan hanya terpajang di sana. Aku tidak mengerti maksudnya tapi pasti setiap gambar memiliki makna tersendiri.

Petunjuk kali ini memang menguras otak. Jalan pemikiranku harus bisa menggapai maksud dari gambar tersebut. Yang pasti terowonganpertama harus dihindari karena tengkorak menandakan kematian, tertinggal dua petunjuk. Bunga melati dan rumah? Aku tidak terlalu mengerti petunjuk ini. Aku tetap berpikir apa maksud dari gambar tersebut sambil menenggelamkan kepalaku pada kedua telapak tanganku sehingga aku tidak melihat sekitar. Aku fokus pada pikiranku.

Suara tembakan mulai terdengar. Darah milikZakito menghiasi jalan.

"Kau menyebutku ceroboh tapi kau sendiri? Menyebalkan."

Aku tidak menanggapi ocehannya. Yusa tidak seharusnya di sini melainkan bersama dengan Takuma.

"Kaito, kau mengerti maksud dari gambar tersebut?"

Ah... tidak perlu pusing urusan Takuma bersama dengan Yusa atau tidak, pada akhirnya Takuma akan selalu datang kemana Yusa akan pergi. "Sebenarnya aku kurang yakin tapi jika gambar ini memiliki arti itu sudah pasti terowongan pertama tidak boleh dimasuki. Untuk terowongan kedua dan ketiga, aku tidak tahu." Jawabku dengan tatapan malas.

Joshi dan Kentarou menghampiri kami sehingga aku yang terduduk mulai dikelilingi orang-orang yang membentu lingkaran. Aku seperti dihakimi jika seperti ini. Peserta lain mungkin juga memikirkan hal yang sama denganku. Buktinya mereka masih belum memilih terowongan yang akan mereka masuki walaupun beberapa dar mereka sudah pergi.

Bunga melati, bunga melati, bunga melati, aku sangat tidak suka harum bunga tersebut. Harumnya membuatku muak ketika aku berada di makam ibuku. Harumnya sangat menyebalkan. Tunggu, makam? Ah bunga melati sering dijumpai di setiap makam. Berarti terowongan kedua juga harus dihindari. Tapi ini masih belum yakin karena gambar pada terowongan ketiga masih belum terungkap. Jika aku memikirkan rumah pasti aku memikirkan pulang. Di sini yang membuatku bingung. Pulang untuk bertemu kerluarga atau pulang ke pangkuan Maha Kuasa, aku masih ragu.

Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang